Oleh Yar Johan
Seringkali kita dengar aku punya sahabat sejati. Yakin? Begitu banggakah? Tapi kita lupa sahabat sejati itu benarkah ada? Adakah di dunia ini sahabat sejati? Begitu banyak orang tersakiti karena dia khianati yang selama ini dia bilang sahabat sejati.
Sahabat sejati seyogyanya adalah seperti seorang ibu yang begitu mencintai anaknya ataupun ayah yang begitu sayang akan putra-putrinya. Iya kalau menurutku sahabat sejati itu adalah tidak hanya berjanji akan saling menjaga satu sama lain tapi akan tetap bersama meskipun kecewa yang dirasakan. Sahabat sejati itu tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan membuangmu. Sahabat sejatimu dia tahu kejelekanmu tapi dia selalu tersenyum meskipun sakit bersamamu.
Banyak orang mengagungkan sahabat sejati namun ternyata dia dimanfaatin. Sahabat sejati itu ego, ego ingin bersamamu walau kamu menderita. Bersama disini bukan berarti kemana-mana berdua. Namun dia akan mencari tahu bagaimana kondisimu saat ini. Setiap doanya selalu ada namamu. Sehingga kalau saya boleh usul cobalah kalian uji betulkah dia sahabat sejatimu? Iya sahabat bisa seperti kita menuntut ilmu ada ujian? Menuntut ilmu ada suka dan duka. Sama halnya sahabat. Sangat banyak yang terjadi. Ketika dia susah dia baik sama kita. Namun ketika dia bahagia dia lupa dengan kita. Sering aku mendengar curhatan teman-teman. Salah satu teman yang curhat coba kebayang gak aku sudah mati-matian belain dia. Membantu dia. Tapi kok dia gak ingat sama aku. Dulu aku yakin betul dia itu sahabat sejatiku. Tapi ketika aku terpuruk dia menjauhiku. Ketika dia tahu aku terjatuh dia pergi meninggalkan aku.
Menguji apakah benar dia sahabat sejati. Lakukan maksimal kebaikanmu sama dia. Tapi tetap dalam lingkungan makhluk sosial tetap junjung kerja keras kerja cerdas dan kerja ikhlas. Iya ini semata-mata untuk menguji benarkah dia sahabat sejatiku. Sudah begitu banyak orang terluka dan terjatuh karena dikhianati. Sudah banyak rahasia pribadi yang dicurhatkan eh rupanya malah kita diserang. Maka berhati-hatilah dalam bergaul. Jangan terlalu mengagungkan istilah sahabat sejati.
Ingin mencoba. Lakukan semua kebaikan seoptimal kepada dia. Apa yang dia inginkan kita penuhi. Ujilah dia dengan kita tidak memberi khabar ke dia selama beberapa hari setelah itu. Apa ada reaksinya? Kalau dia mencari-cari kita itu bertanda baik. Tapi jangan dulu terburu-buru jadikan sahabat sejati. Tapi bagaimana kalau kita satu sekolahan atau rumah berdekatan? Kan sulit. Iya lanjutkan kedua ceritakan pada dia kelemahanmu apa atau yang jauh lebih seram kelakuanmu. Apa reaksinya. Apa dia tetap baik padamu atau menjauhimu. Kalau dia menjauhimu berarti selamat kamu tidak salah orang dan tidak akan kecewa berkepanjangan. Apakah ini ada batasan ruang dan waktu untuk menguji sahabat sejati kita. Iya bila kita sudah timbul dihati bertanya-tanya benarkah dia sahabat sejatiku.
Tidak perlu memikirkan orang yang tak pernah memikirkanmu. Buang-buang energi. Bukan egois itulah makhluk sosial. Benar kita hidup berdampingan. Satu sama lain membutuhkan. Pernah teman menyampaikan sahabat itu ada 3 macam sahabat yang bisa dibawa di perkarangan, sahabat yang bisa dibawa didalam rumah dan sahabat yang bisa dibawa didalam kamar. Iya itu membanding-bandingkan. Tidak adil. Bagi dia tidak adil. Tapi adil buat diri kita sendiri. Agar kita tidak terjebak dengan mansab yang namanya sahabat sejati.
Coba tanya sama kedua orang tuamu, pamanmu, tantemu bahkan nenekmu apakah mereka punya sahabat sejati? Kapankah mereka benar-benar bahagia saat bersama dengan sahabat sejatinya. Mungkin ayahmu akan menjawab sahabat sejati ayah adalah ibumu. Tidak salah. Sahabat sejati itu mengalirka darah-darah bahagia meskipun ruangnya berduka, menyakitkan ataupun bahagia sekalipun. Ada yang punya sahabat sejati sejak dari kecil. Iya aku pribadi mengalaminya. Ketika kita bertemu sepertinya waktu itu tak terbatas. Asyik bicaranya. Asik bercanda dan berbagi pengalaman hidup.
Banyak juga orang mengatakan sahabat sejatinya itu musuhnya dulu. Itu baik. Jangan sampai kita mengalami dulu sahabat sejatiku tapi sekarang dia musuhku. Sahabat sejati tak pernah mengecewakan kita. Bila mengecewakan iya ujung-ujungnya bahagia. Dia perlu proses. Perlu diterpa angin, badai, gempa, pesta bahkan tsunami.
Jangan pernah menyimpulkan dia sahabat sejatimu. Bila kamu belum mengujinya. Kalau aku pribadi saat ini sahabat sejatiku adalah kedua orang tuaku. Bersama mereka waktuku tak sia-sia. Orangtua kita tahu apa kelemahan kita tapi apakah dia meninggalkan kita tentu tidak? Maka sayangi orangtuamu selagi ada. Dia itu sahabat sejatimu. Banyak orang menghabiskan waktu bahagianya dengan pacarnya atau teman-temannya tapi ketika bersedih baru mengadu ke orang tuanya. Tak ada yang sia-sia dengan orang tuamu. Apalagi ibumu dialah surga. Telapak kakinya ada surga. Tak perlu jauh-jauh mencari sahabat sejatimu. Sahabat sejatimu yang membuat kamu ada dan berarti dimuka bumi ini. Makanya ada anak durhaka. Sangat sayang sekali mereka menyia-nyiakan surganya.
Satu lagi menurutku sahabat sejati itu adalah amal. Iya amal perbuatan kita. Dia hadir ketika kita sudah berada di bumi ini dan akan menemani kita hingga menghadap yang Maha Segala-galanya. Amal kita yang akan menemani kita ketika dalam kubur, ketika kita susah. Iya bila amal kita baik maka kita akan baik. Amal terbaik seorang anak adalah berbakti terhadap kedua orang tua kita. Kita mengumpulkan amal atau berbuat baik sama halnya kita mengumpulkan sahabat sejati kita. Betapa indahnya kita berbagi. Makanya tidak ada yang sia-siang di alam ini. Semuanya bermanfaat.
Betapa banyak orang tertipu dengan istilah sahabat sejati. Sahabat sejati tidak ada pengkhianatan dan penodaan persahabatan. Semoga sehabat sejati mengantarkan kita kesebuah keabadian sesungguhnya. Ini buat seseorang yang mengagungkan sahabat sejati yang kini terluka. Itu menurutku. Semoga
2 comments
indah sekaki.. saya akhirnya mendpat pencerahan karena tulisan ini. terimakasih... 😊
Replyindah sekali.. saya akhirnya mendpat pencerahan karena tulisan ini. terimakasih... 😊
ReplyPost a Comment