MANA YANG LEBIH MUDAH MELAKUKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HAYATI PESISIR DAN LAUT ANTARA DAERAH TROPIS DAN NON TROPIS SERTA ANTARA DARATAN BENUA DENGAN DARATAN KEPULAUAN

Oleh Yar Johan

 "Kompleksitas wilayah pesisir sebagai multi-use zone menuntut adanya upaya-upaya pengelolaan secara terpadu dengan tahapan yang jelas, hal ini yang membuat pengelolaan sumberdaya hayati daerah tropis lebih sulit dibanding non tropis"



Pengelolaan sumberdaya hayati pesisir dan laut di daerah non tropis yang lebih mudah di banding tropis. Daerah tropis memiliki ekosistem alami dengan keragaman yang tinggi diantaranya memiliki ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Hal ini betul-betul butuh proses perencaan yang mutlak lebih rumit untuk mengatur pengelolaan sumberdaya hayati, sosial ekonomi masyarakat menjadi satu kesatuan.  Daerah tropis memerlukan model pengelolaan sumberdaya hayati wilayah pesisir dan laut yang selama ini berbasis ekosistem (mangrove, terumbu karang, lamun dan pulau-pulau kecil) belum mengakomodasikan kawasan khusus yang memiliki keterkaitan ekologis, ekonomi, sosial, geologis dan antropologis yang komplek. Kompleksitas wilayah pesisir sebagai multi-use zone menuntut adanya upaya-upaya pengelolaan secara terpadu dengan tahapan yang jelas, hal ini yang membuat pengelolaan sumberdaya hayati daerah tropis lebih sulit dibanding non tropis.


Contoh pengelolaan daerah tropis Indonesia permasalahannya  yaitu 1). ada potensi konflik kepentingan (conflict of interest) dan tumpang tindih antar sektor dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati wilayah pesisir. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi beragamnya sumberdaya pesisir yang ada serta karakteristik wilayah pesisir yang "open acces" sehingga mendorong wilayah pesisir telah menjadi salah satu lokasi utama bagi kegiatan-kegiatan beberapa sektor pembangunan (multi-use). Dalam hal ini, konflik kepentingan tidak hanya terjadi antar "users", yakni sektoral dalam pemerintahan dan juga masyarakat setempat dan pihak swasta, namun juga antar penggunaan antara lain (i) perikanan budidaya maupun tangkapan (ii) pariwisata bahari dan pantai (iii) industri maritime seperti perkapalan (iv), pertambangan, seperti minyak, gas, timah dan galian lainnya; (v) perhubungan laut dan alur pelayaran dan yang paling utama adalah (vi) kegiatan konservasi laut dan pesisir seperti hutan bakau (mangrove), terumbu karang dan biota laut lainnya, 2). Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir d yang bermatapencaharian di sektor-sektor non-perkotaan, dan 3). Di daerah tropis Tingkat kerusakan biofisik lingkungan wilayah pesisir sangat mengkhawatirkan karna misalnya pencemaran akibat kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian di darat (land-based pollution sources) maupun akibat kegiatan dilaut (marine-based pollution sources) termasuk perhubungan laut dan kapal tanker dan kegiatan pertambangan dan energi lepas pantai.

Daratan Benua lebih mudah pengelolaan sumberdaya hayati pesis dan laut dibanding daratan kepulau. Karena di daratan kepuluan  yang terdiri dari beberapa gugus pulau-pulau maka setiap pulau memiliki format pengelolaan sumberdaya hayati pesisir dan laut yang berbeda, disesuaikan dengan latar geografis, karakteristik ekosistem, dan sosial budaya masyarakat setempat. Dalam arah kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutkan terdapat beberapa pendekatan yang dikombinasikan yaitu 1). Hak, 2) Ekosistem dalam alokasi ruang wilayah pulau dan gugus pulau dan 3). Sesuai kondisi sosial budaya setempat. Daratan kepulauan sangat rentan secara ekologis.

Selain itu, wilayah ini memiliki keterkaitan ekologis, sosial ekonomi dan sosial budaya dengan ekosistem di sekitarnya. Dengan alokasi ruang yang didasarkan pada daya dukung ekologis, jaringan sosial-budaya antara masyarakat dan integrasi kegiatan sosial-ekonomi yang sudah berlangsung selama ini, akan memberikan pilihan investasi yang tepat. Tata ruang dengan pendekatan ekosistem harus menjadi instrumen kebijakan utama untuk menjaga keamanan dan keselamatan sosial-budaya dan ekologis dalam pengelolaan daratan kepulauan. Jenis kegiatan investasi, baik yang dilakukan oleh masyarakat lokal maupun investor dalam negeri dan asing, daratan kepulauan harus mengacu pada alokasi ruang yang telah ditetapkan. Contohnya daratan kepulauan yaitu Indonesia. Di Indonesia pengelolaan pulau-pulau kecil ini pun tidak akan sama untuk seluruh Indonesia, tetapi disesuaikan dengan latar geografisnya dan karakteristik ekosistem, serta sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini yang menyebabkan daratan benua dalam pengelolaan sumberdaya hayati lebih mudah dibanding daratan kepulauan.

Post a Comment