| Memotret Film "SOEKARNO"| Pulanglah Soekarno Putra dan Soekarno Putri|

Suasana Nonton Bareng Film Soekarno/ Doc Pribadi

yarjohan.com beberapa hari yang lalu saya pernah menulis tentang artikel yang membahas rencana menonton Film "Soekarno" yang membuat hati saya dag dig dug tak karuan. Saya bersama rekan-rekan Blogger Reporter ID mendapatkan kesempatan nonton bareng bersama beberapa cast  Film "Soekarno" yaitu Ario Bayu (Soekarno), Tiak Bravani (Fatmawati) dan Tahta Ginting (Sjahrir) dan Meet and Greet VJ Daniel Mananta. Terimakasih Damn! I Love Indonesia.com, Blogger Reporter ID dan Mbak Ani Berta atas tiketnya. Awalnya saya pikir Sutradara Hanung datang namun ternyata tidak ada. Kok ada VJ Daniel Mananta? Pada kesempatan yang lain saya akan membahas tentang VJ Daniel Mananta dengan Damn! I Love Indonesia.com. Terimakasih sekali lagi. 


Bila sahabat yarjohan.com belum sempat membaca ini saya berikan link artikel monggo untuk dibaca |AKU MENONTON FILM SOEKARNO KARENA ADA FATMAWATI| karena di film itu ada kisah tentang seorang yang saya idola sejak kecil. Perjuang,  prinsip dan pengalaman hidupnya begitu banyak menginspirasi. Siapa lagi kalau bukan Fatmawati. Pernah dulu saya menyampaikan pada seorang teman. Mungkin bila ada Fatmawati di era zaman sekarang, saya akan langsung menyatakan cinta pada dia. Akan mempersunting sebagai ibu dari anak-anak saya. SeriusFatmawati adalah sosok Putri Bengkulu yang baik etika dan tutur katanya. Wajar Soekarno jatuh cinta dengan Fatmawati.

Sebelum membahas tentang Film "Soekarno" saya sedikit binggung dengan anak-anak Fatmawati. Seperti Guntur Soekarno Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri dan Guruh Soekarno Putri mereka jarang pulang kampung ke Bengkulu. Kalaupun ada hanya Sukmawati Soekarno Putri dan Guruh Soekarno Putri. Mereka-mereka saja. Anak perempuan sulung Fatmawati yaitu Megawati lebih suka di panggil mbak dibanding panggilan Wa (panggilan anak sulung perempuan Bengkulu). Guntur bisa ditebak panggilanya Mas Guntur  bukan Dank. Lebih keren sepertinya kalau panggilan mereka Dank Guntur, Wa Megawati, Inga Rachmawati, Dodo Sukmawati dan Cik Guruh. Kalau cik itu khusus anak bungsu laki-laki. Bagaimana menurut sobat? Keren bukan. Selain Sukmawati dan Guruh sangat jarang sekali saya lihat aktifitas anak-anak Fatmawati sebagai mengikat darah ada di Bengkulu. Iya kita tahu sendiri mereka sudah lahir dan menetap diluar Bengkulu. Tapi terlihat seolah-olah mereka lupa bahwa ada darah Bengkulu di hidup mereka. Bisa jadi, karena mereka itu terlahirnya bukan di Bengkulu ya? Boleh jadi karena panggilan mereka bukan Dank, Wa, Inga, Dodo dan Cik. Apalah arti sebuah panggillan. 

Iya ada sich mereka pernah ke Bengkulu, tapi kalau mau dekat-dekat pemilu. Hanya menjadi mesin penghasil suara pemilu. Iya contohnya Megawati mau jadi Presiden waktu itu. Mengatakan bahwa ini adalah darah Bengkulu. Putri Fatmawati Bengkulu. Asli. Maka pilihlah Megawati. Alhasil semua masyarakat tertipu. Suara rakyat Bengkulu hanya menjadi daur ulang pengisi suara pencalonannya. Partai Megawati menjadi nomor 1 waktu itu tapi pemilu belakangan ini Megawati suaranya hanya masuk 3 besar di tanah Kelahiran Ibunya. Malulah masa Megawati tidak menang di daerah sendiri. Kampung halamannya. Rakyat Bengkulu bangga dengan Megawati bangga karena Fatmawati. Setelah itu tak pernah lagi. Hanya bisa dihitung jari. Megawati lebih bangga menjadi orang Bali. Notebene Bali konon adalah asal dari Soekarno. Lupakah Megawati kalau Bali itu sudah makmur penduduknya dan sudah terkenal di dunia. Megawati lebih bangga di panggil Mbak, tidakkah kalian ingat masih banyak kerabat dan saudara Fatmawati yang masih hidup di Bengkulu. Tidakkah kalian ingin melihat rumah Fatmawati yang hanya sebagai icon saja yang sangat sepi pengunjung. Bengkulu seperti kota mati setelah Fatmawati dipersunting oleh Soekarno. Tidakkah ada rasa bangga buat Soekarno Putra dan Soekarno Putri terhadap kampung Ibu kandungnya sendiri. Yang notebene adalah provinsi yang jauh tertinggal dan sangat miskin di banding daerah-daerah di Sumatera. Jangan-jangan Soekarno Putra dan Soekarno Putri tidak bisa berbahasa Bengkulu. Bahasa Ibu kandungnya. Tidak banyak yang tahu. Jangan sekali-kali merubah sejarah pesan Film Soekarno.

Pulanglah Soekarno Putra dan Soekarno Putri. Lihatlah kampung Ibu kandungmu yang sedang menangis. Walau hanya sebentar saja. Saudara dan kerabatmu pasti sangat mengelu-elukan bila kalian pulang kampung.  Sebentar saja meskipun hanya melihat. Mampirlah di Rumah Fatmawati dan Rumah Soekarno. Rakyat Bengkulu butuh ukiran dan lukisan dari ide cerdas dari kalian. Pulanglah Soekarno Putra dan Soekarno Putri dengan syarat jangan membawa misi ingin meraup kekuasaan. Menjadi menteri atau Presiden. Kami tidak mau tertipu lagi. Ajaklah Rakyat Bengkulu nonton bareng Film Soekarno seperti Damn! I Love Indonesia.com. Pulanglah karena silaturahmi. Bukankah silaturahmi memperpanjang umur dan membuka pintu rezeki. Bila kalian pulang untuk silaturahmi. Jangankan harta. Nyawa kami perjuangkan bila itu benar-benar untuk membangun bangsa ini. Pasti ingatkan kalau Tahun 2014 adalah pesta demokrasi. Siapa tahu Megawati mau calon Presiden kembali saya jamin kalau dilakukan silaturahmi yang baik dari sekarang. Tidak menutup kemungkinan Megawati akan menjadi nomor 1 kembali di Tanah Fatmawati. Tapi, kalau datang ke Bengkulu pas butuh saja. Pas mau pemilu saja. Maaf.

Tidakkah para sahabat ingat demi bangsa ini, rakyat Bengkulu rela menyumbangkan Emas yang sekarang berdiri kokoh di MONAS. Tapi kalian tidak tahu, bukan?.Saya teliti satu persatu sejarah MONAS di galeri bawah tanah MONAS tidak ada nama Bengkulu di sana. Apalagi sejarah Emas MONAS. Memastikan hal tersebut sama beberapa kali masuk ke dalam ruang bawah tanah tersebut. Jangankan tulisan ucapan terimakasih. Nama Bengkulu tidak ada. Mengapa yang kalian tahu cuma sumbangan dari Rakyat Aceh untuk pesawat pertama Indonesia yang cikalbakal peswat Garuda saat ini. Kalian tidak tahukan kalau emas MONAS itu diambil dari Bengkulu. Sumbangan rakyat Bengkulu. Kami tidak memintanya. Tapi tulislah walau dengan pena yang buruk tak perlu emas di galeri sejarh Monas tersebut. Jangan sekali-kali merubah sejarah (film soekarno).Terlalu banyak kalian lupakan tentang Fatmawati. Rumahnya dan termasuk masakan Fatmawati. Fatmawati pintar masak lho. Ingatlah  Ibu kandungmu berasal dari Bengkulu. Ajari kami generasi muda dengan sejarah yang benar. Bukankah pesan Soerkano. Bangsa yang besar adalah menghargai jasa pahlawan. Fatmawati sudah pahlawan. Rakyat Bengkulu pahlawan yang telah memberikan bongkahan emas buat MONAS. Lumayan emas itu kalau dikembalikan lagi. Bisa jadi Rakyat Bengkulu tidak bakalan yang busung lapar dan putus sekolah. Tapi tidaklah. Bengkulu tidak sejahat itu. Bengkulu cinta Fatmawati. Cinta Soekarno. Cinta bangsa ini. 

Ada yang sangat bekecamuk di dada ketika saya menonton Film "Soekarno" ada rasa bangga dan malu. Bangga karena idola saya bisa dilihat rakyat nusantara walau hanya namanya. Semua orang seluruh nusantara tahu kalau Fatmawati itu dari Bengkulu. Bahwa Bengkulu itu adalah Provinsi yang ada di Indonesia. Tak memungkiri kalau orang Bengkulu itu cantik-cantik. Benar. Takkan ada lagi orang yang bertanya pada saya bahwa Bengkulu itu di Kalimantan ya? Saya bukanlah orang yang sukuisme. Terlalu membangga-banggakan. Bengkulu. Bengkulu. Bengkulu. Selama ini sudah banyak kekeliruan yang dicengkoki pada generasi muda bangsa ini. Bila tak tahu siapa Fatmawati? Bengkulu dimana? Bukankah itu ada yang keliru selama ini. Salah sejarah maka salah langkah.

Malu. Saya malu karena di Film Soekarno, Fatmawati berbeda dengan cerita dari datuk-datuk saya. Sosok Inggit lebih menawan dan lebih menarik di banding Fatmawati. Kalau Fatmawati itu adalah sosok perempuan pejuang bangsa. Tak kenal lelah dan teguh prinsipnya. Filmnya berbeda dengan buku-buku yang saya baca. Cobalah Sutradara Hanung sebelum membuat Film "Soekarno" melakukan riset terlebih dahulu. Tanyakan pada saksi hidup yang masih ada. Sanak kerabat Fatmawati di Bengkulu dan Bukunya sendiri oleh Fatmawati sendiri ada kok. Disamping informasi yang diperoleh dari Soekarno Putra dan Soekarno Putri. Bukankah Fatmawati sangat patuh menghormati dan mencintai Soekarno. Setelah menonton Film "Soekarno" kekaguman saya dengan sosok Fatmawati mulai gundah gulana. Mengapa Soekarno Putra dan Soekarno Putri membiarkan hal ini bisa terjadi. Apa bedanya Film "Soekarno" dengan Film Hollywood atau sekelas Bollywoodpun bila hanya menyejukan mata tapi menghujam ulu hati. Saya yakin bila Fatmawati masih ada di tengah-tengah kita, maka dia akan banyak menangis. 

Hal-hal yang membuat dada saya berkecamuk 

Tentang Fatmawati:

1). Fatmawati mengambil suami orang lain. Benarkah sosok idola saya sejak kecil seperti itu. Bukankah Soekarnolah yang sangat mencintai Fatmawati. Coba baca ulang kisah detik-detik Soekarno menyatakan cintanya pada Fatmawati di artikel |AKU MENONTON FILM SOEKARNO KARENA ADA FATMAWATI| Begitu romantis, bukan? Mengapa dialog ini tidak masuk di Film ini. Fatmawati merebut suami orang sama artinya dia merusak rumah tangga orang lain. Sutradara lupa bahwa Fatmawati sampai akhir hayatnya dia adalah sosok perempuan yang kuat anti poligami. Kalau kita bahagia dengan satu istri mengapa mesti menambah lagi. Ini terlepas dengan Sunnah Rasul, tapi Fatmawati bukan seperti itu. Maukah kalian menyaksikan Ibu kandung kita merebut suami orang.
2). Fatmawati membakar foto-foto kenangan Soekarno dan Inggit dan sama halnya melawan Soekarno sebagai suaminya. Wajahnya yang penuh cemburu dan amarah. Tidaklah Sutradara lupa demi cintanya yang suci, Fatmawati hidup menyendiri melepaskan Soekarno dan jauh dari anak-anaknya. 
3. Apakah Sutradara lupa bahwa Fatmawati mencintai Soekarno sama dia mencintai Bangsa ini. Demi perjuangan bangsa ini Fatmawati rela meninggakan kampung halamannya. Rela dinikahi tanpa ada penganten prianya secara langsung mengijabkabul di depan penghulu. Tapi di sini Fatmawati hanya di gambarkan bocah yang jengeng dan manja. Tak ada pergerakan yang dia lakukan buat bangsa ini. Hanya dilihatkan membuat bendera saja.
4. Rumah dan pantai Fatmawati tidak seperti itu. Pasir putihnya Fatmawati yang begitu elok dan menawan. Rumah Fatmawati di Film "Soekarno" tidak tepat, arsitektur dengan aslinya dan bukan rumah panggung Bengkulu. Kalian perlu bukti silakan langsung ke Bengkulu. Masih ada menjadi saksi  yang kokoh. Sutradara lupa kami generasi penerus ini jangan coba-coba untuk dibohongi. 
5. Fatmawati dipegang-pegang bahu oleh Soekarno dengan mata yang tajam di pantai. Alamak. 
6. Cover Film "Soekarno" gambar yang paling besar itu adalah Inggit mengapa tidak Fatmawati. Fatmawati diketiaknya Soekarno. Mengapa tidak di samping Soekarno. Kalian tahu arti gambar di sebuah ketiak? Terlihat Fatmawati kurus kering dan lusuh. Hilang auranya ditelan Inggit. Elegannya Inggit berada di depan Soekarno. Inggit diperan secara total dan luar biasa. Keren. Tapi sosok Fatmawati yang paling besar mengantarkan Soekarno membawa Indonesia merdeka. Fatmawati yang menjahit bendera. Gadis penjahit bendera itu hanyalah tinggal penjahit. 
7. Tulisan pertama saya AKU MENONTON FILM SOEKARNO KARENA ADA FATMAWATI sengaja saya sampaikan kesalahan fatal Hanung mengatakan kalau Fatmawati menikah dengan Soekarno pada umur 15 tahun. Bukankah itu melanggar Undang-undang menikahi anak dibawah umur. Hanung, Fatmawati itu dinikahi Soekarno umur 20 tahun. Baca artikel saya sebelumnya. Di website www.filmsukarno.com tertulis juga bahwa Fatmawati wanita muda menikah dengan lelaki yang sudah beristri. what! Fatmawati menikah dengan DUREN (Duda keren), Bung. Ini sebuah penghinaan terhadap Fatmawati. Sudah hampir seminggu  tulisan saya tayang membahas hal tersebut. Tapi mohon Hanung. Tolong di delete tulisan mengenai umur Fatmawati dan menikah dengan lelaki yang sudah beristri yang ada di website www.filmsukarno.com. Bedakan arti sudah beristri dengan sudah pernah punya istri. Kamu menghina Fatmawati, Bung. Sama halnya kamu melecehkan bangsa ini khususnya orang Bengkulu. Hapus itu tulisan. Memalukan sebagai anak bangsa.



Tentang Soekarno:
1. Soekarno di gambarkan anaknya yang tidak ada etika dan agama. Nyaris berciuman di depan umum. Etika ayah Soekarno yang melepas sandal sama anaknya. Etika dari mana itu.
2. Soekarno suka melirik gadis-gadis yang cantik. Istilah sekarang buaya darat. Kalau memang Soekarno buaya darat tentu 4 tahun di Bengkulu pasti sudah banyak Soekarno Putra dan Soekarno Putri versi Bengkulu. Sudah banyak gadis-gadis Bengkulu yang jadi korban. Terbukti sampai detik ini hanya dari Fatmawatilah orang Bengkulu yang menjadi gadis pujaannya. Soekarno sangat pawai dan memuja perempuan pada tempat yang tepat.
3. Seluruh penonton Film "Soekarno" termasuk saya lebih banyak tertawa dari pada kagum menyaksikan adegan demi adegan Soekarno. Soekarno itu genit, suka galau, suka mengkhayal anak gadis orang dan pemarah. Kalau Soekarno sering galau tidak bakal dia menjadi tokoh dunia. Pasti waktunya selalu bermanfaat. Apa ini Film? Sadarkah kita. Dimana hati nurani sebagai anak Bangsa. Biasa bro. Namanya juga Film. Santai. Saya mentertawakan  Founder Father bangsa ini. Memalukan.
4. Soerkarno jasanya terlihat sangat banyak sebagai mujikari orang-orang jepang. Mencari psk-psk untuk orang jepang. Ini begitu terpukul sekali. Psk-psk yang terlihat menggoda Soekarno tanpa mereka menghormati Soekarno. Ini kok bisa, bung? Penduduknya saja menjadi TKI saja dia larang apalagi menjadi PSK orang-orang Jepang. Mereka penjajah.
5. Rumah Soekarno termasuk ranjang tidur Soekarno dan Inggit sangat jauh berbeda. Silakan lihat sendiri ke Bengkulu.

Jujur sebagai penikmat film, baik film luar dan dalam negeri. Saya mengapresiasi para sineas Indonesia. Namun jangan latah. Gara-gara Film Habibie Ainun sukses dan luar biasa. Film Jokowi juga. Kita ikut latah membuat Film Founder Father kita sendiri. Hanung memang menghadirkan penyejuk mata untuk menikmati gambar-gambar yang indah namun menyayat ulu hati. Ini hati nurani yang berteriak. Hanung tarik itu film. Kamu tidak malu bila cucumu lahir kelak melihat Filmmu sendiri Cucumu akan tertawa. Seperti tertawa kami yang terbahak-bahak melihat adegan demi adegan Soekarno di Film yang kamu banggakan itu.

Tapi bukanlah Hanung kalau Filmnya tidak kontroversi. Itulah strategi market yang dilakukan Hanung agar filmya laris manis bak kacang goreng. Terbukti semua Filmnya laris manis, bukan? Hanung berani mengkontroversikan Bapak Bangsa ini/ Founder Father. Terbukti masyarakat tetap menyukainya. Masyarakat tetap menonton Film "Soekarno". 
  
Mana Soekarno Putra dan Soekarno Putri. Ayah dan Ibu kandung kalian sedang dipermalukan. Mengapa kalian tidak tergerak hatinya. Hentikan Film "Soekarno". Sebelum semua generasi bangsa ini mentertawakan Soekarno dan Fatmawati. Mentertawakan bangsa ini terlahir dari tangan seorang Bapak yang genit, suka galau dan seorang Ibu yang merusak rumah tangga orang lain. Dosa apa yang bakal kita tanggung bersama. Inikah bentuk penghargaan kamu Hanung terhadap Soekarno? Apakah ini sebagai tanda balas jasa atas perjuangan Soekarno selama ini. Negara sudah kamu jual Hanung? Berapa uang yang mereka bayar ke kamu, Hanung? Saya marah. Sebagai generasi muda saya marah.Demi uang kalian gadaikan harga diri bangsa ini. Kalian jual seperti jual gorengan.

Pesan untuk Hanung jangan main-main dengan sejarah sebagai jawaban dari kata-kata  jangan sekali-kali merubah sejarah (Film soekarno). Soekarno dan Famawati itu adalah Bapak dan Ibu Bangsa ini. Ibu Bapak kamu juga. Tanpa mereka tidak menutup kemungkinan kamu tidak bakal menjadi Sutradara setenar seperti hari ini. 

Jangan-jangan hadirnya Film "Soekarno" ini, apakah pertanda karena Soekarno Putra dan Soekarno Putri sudah lupa kampung halamannya? Biasa jadi.  Pulanglah. Biar kalian lihat betapa hebat penguasa sekarang ini di tanah kelahiran Ibumu. Mereka lebih memilih sibuk ingin membangun patung Fatmawati ketimbang memikirkan perut rakyatnya yang keroncongan tidak makan dan tidak memikirkan pendidikan generasi mudanya. Kalian tahu kenapaSoekarno Putra dan Soekarno Putri? Itu bukti betapa cinta pada Fatmawati. Kalian tahu patungnya seperti apa? Konon Patungnya Fatmawati dengan mesin jahit, disampingnya ada Soekarno. Luar biasa bukan? Apakah ini perwujud-tan cinta yang salahkah? Cinta yang murni? Salah menilai cinta? Maka pulanglah walau hanya sebentar. Kamu akan tahu nanti. Perbaikilah cinta kami pada Fatmawati. Momen Film "Soekarno' ini rasanya tepat kalian untuk pulang kampung. Kalian akan tahu bagaimana khabarnya Pantai Pasir Putih yang disukai oleh Fatmawati dulu. Sepeda Soekarno yang selalu menunggu kalian kayuh. Saya tunggu di Pasar Minggu Bengkulu. Pulanglah. Salam. Suara anak bangsa yang resah.










 




Soekarno


Fatmawati 

Sjahrir
Terimakasih Damn! I Love Indonesia.com, Blogger Reporter ID dan Mbak Ani Berta atas tiketnya

SILAKAN BACA JUGA

Post a Comment