[PERIKANAN]: Budidaya Tiram Mutiara (bagian 4)

CARA PEMBUATAN TIRAM MUTIARA
            Proses terbentuknya mutiara terjadi dalam tubuh mahkluk hidup, tergantung dari teknologi yang diterapkan dan dari lingkungan ar yang mendukungnya. Ketiganya saling menunjang pada mutiara yang dihasilkan sesuai jumlah dan mutu yang diharapkan. Mutiara terjadi karena respon untuk menolak sakit dari benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Membentuk lapisan mutiara yang mengelilingi inti secara alami. Inti terbuat dari plastik atau manik-manik setengah lingkaran dari bahan kapur. Proses pembuatan mutiara  untuk menghasilkan  mutiara bulat dan setengah bulat (blister). Mutiara blister biasanya dilakukan pada tiram yang mengalami kegagalan untuk membuat mutiara bulat atau yang menghasilkan mutiara bulat yang kualitas kurang baik.

  1. Proses Pembuatan Mutiara
 a.         Benih siap oiperasi
·         Berunur 2-3 tahun, bila diperoleh dari budidaya.
·         Berukuran 15 cm, bila diperoleh dari hasil tangkapan.
·         Tidak cacat.
Pada usaha besar diperlukan berkisar 100.000-200.000 ekor. Benih harus diseleksi, meliputi umur dan ukuran. Bila umur dan ukuran belum cukup akan menghasilkan cairan mutiara (narce) yang kurang baik. Dipelihara dalam rakit pemeliharaan supaya mudah dalam penanganan.

b.         Perlengkapan dan Peralatan Operasi
1)         Perlengkapan Operasi
·   Rumah Operasi
·   Meja Opearsi
·   Meja Tiram
·   Bak Operasi
2)         Peralatan operasi untuk pemasangan inti
            (1) Standar operasi (kai dae)
Berbentuk seperti tangan yang bagian ujungnya membuka, berfungsi untuk menjepit tiram yang akan dioperasi agar tidak goyah.
(2) Pembuka mantel (hera)
Berbentuk pipih tumpul bergagang lurus. Untuk membuka mante dari cangkang.
(3) Pisau pemotong (shaibo mesu)
Berbentuk lurus dan bagian ujung tajam agak membengkok. Untuk membuat potongan mamtel.
(4) Pinset (pinseto)
Penjepit seperti huruf ”V”, untuk menjepit atau mengambil kotoran yang terdapatdalam tubuh tiram.
(5) Penahan (hikake)
Berbentuk lurus dengan ujung melengkung bulat, untuk menahan bagian kaki tiram saat melakukan torehan.
(6) Forsep (kai koki)
Bentuk seperti tang (catut) tapi berfungsi kebalikannya, untuk membuka cangkang.
(7) Pisau operasi (mesu)
Bentuk seperti sabit yang diberi tangkai panjang, yang tajam pada bagian ujungnya, untuk membuka irisan pada bagian tubuh yang akan dipasang inti.
(8) Gunting pemotong (shaibo hasami)
Gunting kecil bertangkai panjang, untuk mengguning mantel.
(9) Pemasuk inti (sonyuki)
Bentuk seperti tongkat berujung bundar dan bagian tengahnya berlubang untuk memasukkan inti setengah bulat dan bentuk ujung bengkok sedikit dan seperti cangkir, untuk memasuk inti bulat.
(10) Pemasuk mantel (shaibo okuri)
Seperti pisau poperasi berujung tumpul, untuk memasukkan potongan mantel ke dalam organ yang telah ditoreh.
(11) Baji
Terbuat dari kayu, berbentuk segitiga tipis dibaian ujungnya, untuk mempertahankan terbukanya cangkang.
(12) Pembuka torehan (donyuki)
Seperti penahan, untuk menahan terbukanya torehan agar mudah dalam memasukkan inti.
(13) Inti
(14) Alat ronsen
Diperlukan bagi usaha skala besar, untuk memanau kondisi inti yang telah dipasang, apakah masih dalam posisi semula atau telah dimuntahkan. Cara ini tiran yang dipelihara benar-benar mempunyai peluang besar untuk menghasilkan mutiara. Pada usaha skala kecil cara ini kurang menguntungkan karena harganya mahal.
  1. Pemeliharaan Tiram Pasca Operasi
a.         Pemeliharaan Tiram yang telah dioperasi
Tiram yang telah dioperasi masa pemeliharaannya merupakan masa yang menentukan, baik untuk proses kesembuhan tiram dam mutiara yang akan dihasilkan. Tiram pasca operasi dipelihara pada rakit pemeliharaan yang dibagi dalam tiga kelompok bagian:

(1)   Rakit Operasi (RO)
Digunakan untuk memelihara tiram yang baru saja dioperasi. Berada pada air yang paling lamban dan berhubungan langsung dengan rumah operasi. Menghindari dari perlakuan yang dapat menimbulkan stres yang perlu masa istirahat. Lamanya sekitar luka yang dioperasi sembuh antara 10-15 hari.
(2)   Rakit Pemeliharaan Sementara (RPS)
Masa yang menentukan dalam pelapisan mutiara bundar. Penanganan yang ceroboh bisa menimbulkan tidak meratanya pelapisan inti dan dapat keluarnya inti atau dimuntahkan oleh tiram. Lamanya lebih kurang 45 hari.
Yang dilakukan pada masa ini adalah membolak-balikkan keranjang tiram setiap 3 hari sekali dengan posisi yang berbeda-beda.
(3)   Rakit Pemeliharaan Tetab (RPT)
Masa ini posisi tiram dibalik menjadi posisi dorsal dibawah dan ventral diatas, selama 45 hari atau sampai saatnya dirontgen lagi pada usaha besar.
Berdasar pengalaman tiram yang telah dipelihara setelah pascaoperasi sekitar 40%-55% tiram yang mengandung inti, 25%-35% dimuntahkan dan mati sekitar 20%-30%. Penanganan tiram yang mati diangkat dan diambil cangkangnya, yang memuntahkan inti dipelihara untuk operasi mutiara setengah bulat, yang masih berinti dilanjutkan ke rakit pemeliharaan tetap (RPT) hingga panen sekitar 1,5-2 tahun. Diharapkan lapisan mutiara cukup tebal minimal 1 mm, sehingga tidak mudah pecah. Pakan tiram berasal dari plankton yang cukup diperairan tersebut.
3.   Hama dalam Pemeliharaa Tiram Mutiara
Hama yang sering memakan tiram adalah sidat (Anguila japonica), gurita (Oktopus vulgaris), globe fish (Spaeroides spp), black porgy (Sparus melecephalus) dan berbagai jenis ikan yang lainnya. Beberapa jenis kepiting dan ranjungan sering memakan tiram yang masih muda. Kehadiran teritip (Balanus trigonus) juga cukup mengganggu, menempel pada engsel dan permukaan cangkang, menyerap makanan yang diperlukan tiram. Dari jenis cacing-cacingan, rumput laut. Untuk menghindari hama diperhatikan kebersihan tiram dan keranjang, menghindari perlakuan yang kasar terhadap tiram yang dapat menyebab stres.


PEMANENAN DAN PENANGANAN HASIL
Penanganan hasil pasca panen merupakan penentu harga yang tidak bisa diremehkan. Penanganan yang kurang cermat dapat, cepat dan tepat akan berakibat merosotnya harga penjualan. Mutiara merupakan hasil perikanan yang tidak mudah busuk, walau pun sama-sama hasil perikanan.
Yang perlu diperhatikan adalah kecermatan dan ketepatan penanganan saat panen agar tidak mengurangi mutu yang di hasilkan.
Cara memanen mutiara dapat dilakukan sebagai berikut:
(1)        Tiram yang masih ada dalam keranjang dibawa kerumah operasi.
(2)        Tiram dimasukkan kedalam bak panen agar cangkangnya cepat membuka.
(3)        Tiram yang telah membuka cangkangnya di baji agar tetap membuka dan dibersihkan kotoran yang menempel dengan parangdan disikat dengan ijuk.
(4)        Bila sudah bersih, diletakkan pada bagian penjepit operasi dengan posisi anterior menghadap ke peugas pengambil inti.
(5)        Bagian insang yang menutupi organ tubuh yang mengandung mutiara disisihkan, sehingga mutiara kelihatan ampak menonjol dengan sediki bercahaya.
(6)        Untuk memudahkan dalam pengambilan mutiara, organ tersebut di buat sayatan dengan pisau operasi.
(7)        Sayatan yang terbuka, mutiara dapat dikeluarkan dan dipasang inti kembali.
(8)        Pemasangan inti baru dapat dilakukan pada bekas luka lama atau membuat lokasi inti yang baru.

Berkhirnya pemasangan inti yang kedua ini tidak perlu diadakan masa masa pemeliharaan sementara (tento) seperti masa operasi yang pertama. Demikian pula rontgen karena tiram yang sudah besar dirasakan terlalu berat. Bagi mutiara blister mutiara sudah menempel kuat pada cangkang, biasanya tiram langsung dimatikan karena sudah tidak dapat digunakan lagi.

Penanganan Hasil Mutiara
a.         Mutiara Bulat
Penanganan dilakukan harus secermat mungkin dan teliti akan menghasilkan mutiara dengan warna yangn indah dan tidak mudah pudar. Penanganan yang kurang baik dapat menghasilkan mutiara yang pudar. Sebab mutiara yang baru di panen masih mengandung lendir dan diselimuti air laut yang bisa memudarkan warna dan cahaya mutiara. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
(1) Mutiara yang baru keluar dari tubuh tiram dicuci denganair tawar sampai bersih.
(2) Dilap dengan kain katun yang diberi garam halus.
(3) Selanjutnya mutiara diangin-anginkan sampai kering, tapi jangan dijemur.
(4) Setelah kering,  disimpan ditempat yang tidak lembab dan dibentuk menjadi beraneka hiasan.
b.         Mutiara blister
            Hal yang menarik dari mutiara blister adalah dapat menggunakan overtone atau warna dasar yang disukai konsumen. Mutiara blister yang masih menempel pada cangkang maka harus dilepaskan dari cangkangnya dalam keadaan yang baik dan utuh. Cara penanganannya sebagai berikut:
(1) Mutiara yang menempel pada cangkang digores dengan alat bor bermata intan secara melingkar sepanjang tepian mutiara hingga mutiara dapat dilepaskan.
(2) Mutiara yang lepas dan inti dikeluarkan sehingga mutiara berlubang, yang tinggal lapisan mutiara mutiaraberbentuk setengah lingkaran.
(3) Bagiang yang berlubang dibersihkan dengan air keras (HCl).
(4) Pada Bagian yang berlubang dilapisi dengan overtone, dan ditutub dengan inti yang baru.
(5) Agar membentuk lingkaran yang penuh maka ditutub dengan bagian cangkang yang bentuknya setengah bulat datar dengan luas lingkaran yang disesuaikan dengan luas lingkaran dasar blister untuk direkat dengan lem yang telah disediakan.
(6) Cangkang yang menempel dihaluskan dan dibentuk melengkung agar lebih halus dan seperti mutiara bulat.

Post a Comment