[PERIKANAN]: Budidaya Tiram Mutiara (bagian 3)

PENYEDIAAN BENIH TIRAM MUTIARA

Kelangsungan usaha benih tiram mutiara tidak terlepas dri kesediaan yang memenuhi syarat, baik jumlah, kualitsa maupun ukurannya. Terbatasnya jumlah benih yang diperlukan jelas akan menimbulkan kesenjangan produksi mutiara. Ukuran benih tiram juga merupakan faktor penentu keberhasilan dalam pemasangan inti. Benih dalam usaha budidaya tiram mutiara adalah tiram yang mempunyai panjang di atas 15 cm dan biasanya telah berumur 2 – 3 tahun, sehingga kuat untuk dipasang inti. Sedangkan tiram yang masih berada di bawah umur tersebut dengan panjang kurang dari 15 cm masih perlu dipelihara lebih lanjut agar siap dipasang inti.  

Benih umumnya diperoleh dari usaha penangkapan di laut dan usaha pembenihan atau budidaya. Yang paling menonjol dari usaha penangkapan, selain telah berkualitas baik dan ukuranya pun sudah cukup besar sejak penangkapan yang telah teseleksi. Usaha pembenihan belum negitu menonjol terutama di Indonesia.

1.    Benih alam
Lautan Indonesia merupakan kekayaan hayati yang cukup potensial, tidak terkecuali tiram mutiara. Melimpahnya sumber benih tiram mutiara di laut, masih dapat diandalkan sebagai sumber utama pemasok benih dari perusahaan- perusahaan mutira di Indonesia. Benih biasa ditangkap pada bulan November-April, selama enam bulan berturut-turut. Bertepatan dengan musim barat dan musim hujan disertai dengan hujan dan gelomban yang cukup besar. Berdasar pengalaman paranyelam pada saat inilah kondisi dasar perairan cukup jernih, sehingga tiram tampak lebih jelas, terutama pada perairan dalam. Hasil tangkap ditampung dalam keranjang dan diangkut dengan kapal untuk diseleksi berdasarkan ukuran.
Data terakhir harga seekor tiram mutiara berdasar ukuran dari beberapa daerah sebagai berikut:
*Ukaran 15 cm ke atas (large) berkisar Rp 13.500-Rp 15.000,-
*Ukuran 13 cm-15cm (mature) berkisar Rp 12000-Rp 13.500,-
*Ukuran 10 cm-13 cm (medium) berkisar Rp 10.000-Rp 12.000,-
*Ukuran 10 cm kebawah (chiken) berkisar Rp 7.000-Rp 10.000,-

2.    Benih pembibitan dan usaha budidaya
a.         Benih pembibitan
            Walau pun benih tiram mutira di laut melimpah jika diekploitasi terus , lama-lama pasti akan menurun, bahkan bisa punah. Dengan usaha penbenihan dan budidaya kelestarian sumber benih akan selalu terjaga, disamping menunjang kebutuhan benih usaha mutiara.
Usaha pembenihan tiram mutiara bersksla massal yang dilakukan dengan pemijahan buatan, proses pelaksanaannya sebagai berikut:

1)         Pemilihan induk dan pemeliharaannya
-           Induk yang digunakan dipilih yang sudah matang kelamin dengan panjang diatas 20 cm.
-           Induk diperoleh dari laut atau telah dipelihara dalam rakit.
-           Induk dipelihara dalam bak kusus, suhu antara 27oC-28oC.
-           Induk diberi pakan campuran alga dan tepung jagung dengan dosis 4lt/ekor/hari dan 30mg/ekor/hari. Pakan diberi sehari dua kali, yaitu pagi dan sore.

2)         Pemijahan
            Dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pendekatan lingkungan dan secara kimiawi:
v  Pendekaan lingkungan yang sering diliakukan adalah dengan thermal stimulation atau mengadakan perubahan suhu secara bertahap dari 28oC sampai 35oC, hingga tiram memijah atau dengan mengalirkan air laut secera terus-menerus.
v  Pemijahan dengan bahan kimia dengan menuntikkan ammonium hidroksida 0,2 ml ke dalam otot adduktor tiram mutiara aau dengan campuran hidrogen peroksida 3-6 ppm dengan air laut ber ph 9,1.
v  Pembuahan (fertilisasi) terjadi secara eksternal dalam media air didahului dengan pengeluaran sperma dari tiraam yang jantan, telur keluar 45 menit kemudian dengan diameter ±47,5 mikron.

3)         Pnyediaan pakan
            Pakan utama larva tiram adalah dari jenis alga Isochrysis galbana dan Monochrysis lutheri sebagai makanan awal.

4)         Pemeliharaan dan spat
            Larva lebih menyuikai tempat gelap dan remang-remang, maka tempat pemeliharaan di tutup dengan plastik gelap. Kepadatannya ±200 ekor /liter. Kepadatan yang tinggi akan mengurangi pertumbuhan normal, dan bisa kematian.
            Larva ukuran benih (spat), dipindahkan ke bak pendederan, dengan kepadatan 100-150 ekor/ liter dan pakannya alga jenis Cchaeoceros sp. Umur 60 hari siap dipelihara pada empat pembesaran, dengan sirkulasi air tetap dipertahankan. Untuk menghilangkan kotoran yang menempel yang dapat mempengaruhi pertumbuhan spat.
            Untuk ukran benih yang siap di operasi, spat perlu dipelihara pada raki terapung hingga berumur 2 tahun.

b.         Usaha budidaya
            Spat (benih) yang digunakan untuk pembesaran diperoleh dari hachery (penmbenihan) aau dikumpulkan dari alam. Ukuran spat minimal 20 mm, sehinggga kuat terhadap gelombang dan arus laut.

1)         Tempat pembesaran
            Dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode rakit apung dan metode palang cagak silang. Keduanya mempunyai fungsi yang sama sebagai tempat menggantungkan spat. Hanya penerapannya disesuaikan dengan kedalaman perairan. Yang dangkal digunakan metode palang cagak silang, efesien dan praktis. Untuk laut yang dalam digunakan metode rakit apung.

2)         Keranjangn Pemeliharaan
            Spat dipelihara di keranjang-keranjang pemeliharaan yang digantung dirakit atau pada palang cagak silang. Yang terbuat dari kawat tahan karat atau jaring yang dibuat rajut.

3)         Cara pemeliharaan
            Benih dimasukkan kedalam keranjang , di gantung pada kedalaman 1,5-5m. Benih yang kecil kurang dari 5 cm dipelihara pada kedalaman 2-3m. diatas 5cm dapat dipelihara pada kedalaman lebih dari 4m. Tiram tidak diberi pakan khusus tapi mengandalkan pakan alami, untuk itu perlu perairan yang tinggi kesuburannya. Tiap 3-4 bulan tiram perlu dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang menempel pada tiram dan yang menempel pada keranjang pemeliharaan. Dan perlu juga dijaga dari kerusakan untuk diperbaiki sampai panen tiba.

Post a Comment