CARA PEMBUATAN TIRAM
MUTIARA
Proses terbentuknya mutiara terjadi
dalam tubuh mahkluk hidup, tergantung dari teknologi yang diterapkan dan dari
lingkungan ar yang mendukungnya. Ketiganya saling menunjang pada mutiara yang
dihasilkan sesuai jumlah dan mutu yang diharapkan. Mutiara
terjadi karena respon untuk menolak sakit dari benda asing yang masuk ke dalam
tubuhnya. Membentuk lapisan mutiara yang mengelilingi inti secara alami. Inti
terbuat dari plastik atau manik-manik setengah lingkaran dari bahan kapur. Proses
pembuatan mutiara untuk
menghasilkan mutiara bulat dan setengah
bulat (blister). Mutiara blister biasanya dilakukan pada tiram yang mengalami
kegagalan untuk membuat mutiara bulat atau yang menghasilkan mutiara bulat yang
kualitas kurang baik.
- Proses Pembuatan
Mutiara
a. Benih
siap oiperasi
·
Berunur 2-3 tahun, bila diperoleh dari
budidaya.
·
Berukuran 15 cm, bila diperoleh dari hasil
tangkapan.
·
Tidak cacat.
Pada
usaha besar diperlukan berkisar 100.000-200.000 ekor. Benih harus diseleksi,
meliputi umur dan ukuran. Bila umur dan ukuran belum cukup akan menghasilkan
cairan mutiara (narce) yang kurang baik. Dipelihara dalam rakit pemeliharaan
supaya mudah dalam penanganan.
b. Perlengkapan
dan Peralatan Operasi
1) Perlengkapan Operasi
· Rumah
Operasi
· Meja
Opearsi
· Meja Tiram
· Bak
Operasi
2) Peralatan operasi untuk pemasangan inti
(1) Standar operasi (kai dae)
Berbentuk
seperti tangan yang bagian ujungnya membuka, berfungsi untuk menjepit tiram yang
akan dioperasi agar tidak goyah.
(2) Pembuka mantel (hera)
Berbentuk
pipih tumpul bergagang lurus. Untuk membuka mante dari cangkang.
(3) Pisau pemotong (shaibo mesu)
Berbentuk
lurus dan bagian ujung tajam agak membengkok. Untuk membuat potongan mamtel.
(4) Pinset (pinseto)
Penjepit
seperti huruf ”V”, untuk menjepit atau mengambil kotoran yang terdapatdalam
tubuh tiram.
(5) Penahan (hikake)
Berbentuk
lurus dengan ujung melengkung bulat, untuk menahan bagian kaki tiram saat
melakukan torehan.
(6) Forsep (kai koki)
Bentuk
seperti tang (catut) tapi berfungsi kebalikannya, untuk membuka cangkang.
(7) Pisau operasi (mesu)
Bentuk
seperti sabit yang diberi tangkai panjang, yang tajam pada bagian ujungnya,
untuk membuka irisan pada bagian tubuh yang akan dipasang inti.
(8) Gunting pemotong (shaibo hasami)
Gunting
kecil bertangkai panjang, untuk mengguning mantel.
(9) Pemasuk inti (sonyuki)
Bentuk
seperti tongkat berujung bundar dan bagian tengahnya berlubang untuk memasukkan
inti setengah bulat dan bentuk ujung bengkok sedikit dan seperti cangkir, untuk
memasuk inti bulat.
(10) Pemasuk mantel (shaibo okuri)
Seperti
pisau poperasi berujung tumpul, untuk memasukkan potongan mantel ke dalam organ
yang telah ditoreh.
(11) Baji
Terbuat
dari kayu, berbentuk segitiga tipis dibaian ujungnya, untuk mempertahankan
terbukanya cangkang.
(12) Pembuka torehan (donyuki)
Seperti
penahan, untuk menahan terbukanya torehan agar mudah dalam memasukkan inti.
(13) Inti
(14) Alat ronsen
Diperlukan
bagi usaha skala besar, untuk memanau kondisi inti yang telah dipasang, apakah
masih dalam posisi semula atau telah dimuntahkan. Cara ini tiran yang
dipelihara benar-benar mempunyai peluang besar untuk menghasilkan mutiara. Pada
usaha skala kecil cara ini kurang menguntungkan karena harganya mahal.
- Pemeliharaan
Tiram Pasca Operasi
a. Pemeliharaan
Tiram yang telah dioperasi
Tiram
yang telah dioperasi masa pemeliharaannya merupakan masa yang menentukan, baik
untuk proses kesembuhan tiram dam mutiara yang akan dihasilkan. Tiram pasca
operasi dipelihara pada rakit pemeliharaan yang dibagi dalam tiga kelompok
bagian:
(1)
Rakit Operasi (RO)
Digunakan
untuk memelihara tiram yang baru saja dioperasi. Berada pada air yang paling
lamban dan berhubungan langsung dengan rumah operasi. Menghindari dari
perlakuan yang dapat menimbulkan stres yang perlu masa istirahat. Lamanya
sekitar luka yang dioperasi sembuh antara 10-15 hari.
(2)
Rakit Pemeliharaan Sementara (RPS)
Masa
yang menentukan dalam pelapisan mutiara bundar. Penanganan yang ceroboh bisa
menimbulkan tidak meratanya pelapisan inti dan dapat keluarnya inti atau
dimuntahkan oleh tiram. Lamanya lebih kurang 45 hari.
Yang
dilakukan pada masa ini adalah membolak-balikkan keranjang tiram setiap 3 hari
sekali dengan posisi yang berbeda-beda.
(3)
Rakit Pemeliharaan Tetab (RPT)
Masa
ini posisi tiram dibalik menjadi posisi dorsal dibawah dan ventral diatas,
selama 45 hari atau sampai saatnya dirontgen lagi pada usaha besar.
Berdasar
pengalaman tiram yang telah dipelihara setelah pascaoperasi sekitar 40%-55%
tiram yang mengandung inti, 25%-35% dimuntahkan dan mati sekitar 20%-30%.
Penanganan tiram yang mati diangkat dan diambil cangkangnya, yang memuntahkan
inti dipelihara untuk operasi mutiara setengah bulat, yang masih berinti
dilanjutkan ke rakit pemeliharaan tetap (RPT) hingga panen sekitar 1,5-2 tahun.
Diharapkan lapisan mutiara cukup tebal minimal 1 mm, sehingga tidak mudah
pecah. Pakan tiram berasal dari plankton yang cukup diperairan tersebut.
3. Hama dalam Pemeliharaa Tiram Mutiara
Hama
yang sering memakan tiram adalah sidat (Anguila
japonica), gurita (Oktopus vulgaris),
globe fish (Spaeroides spp), black porgy (Sparus melecephalus) dan berbagai jenis ikan yang lainnya.
Beberapa jenis kepiting dan ranjungan sering memakan tiram yang masih muda.
Kehadiran teritip (Balanus trigonus) juga
cukup mengganggu, menempel pada engsel dan permukaan cangkang, menyerap makanan
yang diperlukan tiram. Dari jenis cacing-cacingan, rumput laut. Untuk
menghindari hama diperhatikan kebersihan tiram dan keranjang, menghindari
perlakuan yang kasar terhadap tiram yang dapat menyebab stres.
PEMANENAN DAN
PENANGANAN HASIL
Penanganan
hasil pasca panen merupakan penentu harga yang tidak bisa diremehkan.
Penanganan yang kurang cermat dapat, cepat dan tepat akan berakibat merosotnya
harga penjualan. Mutiara merupakan hasil perikanan yang tidak mudah busuk,
walau pun sama-sama hasil perikanan.
Yang
perlu diperhatikan adalah kecermatan dan ketepatan penanganan saat panen agar
tidak mengurangi mutu yang di hasilkan.
Cara
memanen mutiara dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Tiram yang masih ada dalam keranjang
dibawa kerumah operasi.
(2) Tiram
dimasukkan kedalam bak panen agar cangkangnya cepat membuka.
(3) Tiram
yang telah membuka cangkangnya di baji agar tetap membuka dan dibersihkan
kotoran yang menempel dengan parangdan disikat dengan ijuk.
(4) Bila
sudah bersih, diletakkan pada bagian penjepit operasi dengan posisi anterior
menghadap ke peugas pengambil inti.
(5) Bagian
insang yang menutupi organ tubuh yang mengandung mutiara disisihkan, sehingga
mutiara kelihatan ampak menonjol dengan sediki bercahaya.
(6) Untuk
memudahkan dalam pengambilan mutiara, organ tersebut di buat sayatan dengan
pisau operasi.
(7) Sayatan
yang terbuka, mutiara dapat dikeluarkan dan dipasang inti kembali.
(8) Pemasangan
inti baru dapat dilakukan pada bekas luka lama atau membuat lokasi inti yang
baru.
Berkhirnya
pemasangan inti yang kedua ini tidak perlu diadakan masa masa pemeliharaan
sementara (tento) seperti masa
operasi yang pertama. Demikian pula rontgen karena tiram yang sudah besar
dirasakan terlalu berat. Bagi mutiara blister mutiara sudah menempel kuat pada
cangkang, biasanya tiram langsung dimatikan karena sudah tidak dapat digunakan
lagi.
Penanganan
Hasil Mutiara
a. Mutiara
Bulat
Penanganan
dilakukan harus secermat mungkin dan teliti akan menghasilkan mutiara dengan
warna yangn indah dan tidak mudah pudar. Penanganan yang kurang baik dapat
menghasilkan mutiara yang pudar. Sebab mutiara yang baru di panen masih
mengandung lendir dan diselimuti air laut yang bisa memudarkan warna dan cahaya
mutiara. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
(1)
Mutiara yang baru keluar dari tubuh tiram dicuci denganair tawar sampai bersih.
(2)
Dilap dengan kain katun yang diberi garam halus.
(3)
Selanjutnya mutiara diangin-anginkan sampai kering, tapi jangan dijemur.
(4)
Setelah kering, disimpan ditempat yang
tidak lembab dan dibentuk menjadi beraneka hiasan.
b. Mutiara
blister
Hal yang menarik dari mutiara
blister adalah dapat menggunakan overtone
atau warna dasar yang disukai konsumen. Mutiara blister yang masih menempel
pada cangkang maka harus dilepaskan dari cangkangnya dalam keadaan yang baik
dan utuh. Cara penanganannya sebagai berikut:
(1)
Mutiara yang menempel pada cangkang digores dengan alat bor bermata intan
secara melingkar sepanjang tepian mutiara hingga mutiara dapat dilepaskan.
(2)
Mutiara yang lepas dan inti dikeluarkan sehingga mutiara berlubang, yang
tinggal lapisan mutiara mutiaraberbentuk setengah lingkaran.
(3)
Bagiang yang berlubang dibersihkan dengan air keras (HCl).
(4) Pada
Bagian yang berlubang dilapisi dengan overtone,
dan ditutub dengan inti yang baru.
(5) Agar
membentuk lingkaran yang penuh maka ditutub dengan bagian cangkang yang
bentuknya setengah bulat datar dengan luas lingkaran yang disesuaikan dengan luas
lingkaran dasar blister untuk direkat dengan lem yang telah disediakan.
(6) Cangkang yang menempel
dihaluskan dan dibentuk melengkung agar lebih halus dan seperti mutiara bulat.