POTENSI SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN DI KOTA SABANG, PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

oleh: Yar Johan


"Ingat Sabang, ingat Merauke, setidaknya itu adalah rangkaian kata dalam lagu dari Sabang sampai Merauke (karya R. Surarjo)"



1. PENDAHULUAN

Kota Sabang adalah salah satu kota di Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia, ia sering disebut sebagai titik paling barat Indonesia, tepatnya di Pulau Benggala. Kota Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan (Gambar 1). Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup. 




Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas. Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. 

Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan. Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya.diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tanggal 28 September 1998. 

Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Aktifitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke Kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktifitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer. 

Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit Udara dan Laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material kontruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas potensi sumberdaya pesisir dan lautan Kota Sabang serta memberikan rekomendasi pemanfaatannya.

 2. GEOGRAFI 
Wilayah administrasi Kota Sabang, secara geografis, terletak di antara 95° 13' 02" dan 95° 22' 36" Bujur Timur, dan antara 05° 46' 28" dan 05° 54' 28" Lintang Utara (Gambar 3). Dari segi geografis Indonesia, wilayah Kota Sabang merupakan wilayah administratif paling barat, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand dan India. Batas-batas wilayah Kota Sabang sebagai berikut (Gambar 4):


 
Sebelah barat : Samudera Hindia
Sebelah timur : Selat Malaka 
Sebelah utara : Selat Malaka  
Sebelah selatan : Samudera Hindia.  

Kota Sabang terdiri atas 5 (lima) buah pulau yaitu Pulau Weh (121 km2), Pulau Rubiah (0,357 km2), Pulau Seulako (0,055 km2), Pulau Klah (0,186 km2), dan Pulau Rondo (0,650 km2). Di Pulau Weh terdapat sebuah danau air tawar bernama Aneuk Laot. 


Wilayah Kota Sabang terbagi menjadi dua buah kecamatan yaitu Sukakarya dan Sukajaya (Gambar 6) 

Kecamatan Sukajaya terdiri dari 10 kelurahan, yaitu Kelurahan Paya, Keuneukai, Beurawang, Jaboi, Balan, Cot Abeuk, Cot Ba'u, Anoi Itam, Ujong Kareung, dan Ie Meulee. Sedangkan di Kecamatan Sukakarya terdapat 8 kelurahan, yaitu Kelurahan Iboih, Batee Shok, Paya Seunara, Krueng Raya, Aneuk Laot, Kota Bawah Timur, Kota Bawah Barat, dan Kota Atas. Keadaan topografi Kota Sabang pada umumnya bergelombang, berbukit-bukit sedang sampai curam dan di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan. Topografis wilayah secara umum terbagi menjadi 3% dataran rendah, 10% dataran bergelombang, 35% berbukit, dan 52% berbukit sampai bergunung. Pulau Weh merupakan sebuah pulau vulkanik, sebuah pulau atol (pulau karang) yang proses terjadinya mengalami pengangkatan dari permukaan laut. Proses terjadinya dalam tiga tahapan, terbukti dari adanya tiga teras yang terletak pada ketinggian yang berbeda. Umumnya Pulau Weh terdiri atas dua jenis batuan, yaitu tuf marina dan batuan inti. Tuf marina dijumpai hampir sepanjang pantai sampai pada ketinggian 40 sampai 50 meter. 

Lapisan tuf yang terlebar didapat di sekitar kota Sabang, di bagian pantai berlapis sempit. Batuan sempit adalah batuan vulkanik yang bersifat andesitik. Berdasarkan wilayah, tampak bahwa wilayah Barat pulau Weh terdapat topografi paling berat. Mulai dari Sarong Kris sebagai puncak tertinggi di sebelah Timur, terdapat tiga barisan punggung yang berjolak menuju ke Barat Laut, sehingga lembah-lembah yang ada di antara punggung itu sempit. Topografi di sebelah Timur terdapat sebuah pegunungan yang arahnya dari Utara ke Selatan yang memisahkan Pulau Weh Timur dengan bagian lainnya. Gunung Leumo Mate merupakan puncak yang tertinggi. Di bagian ini terdapat lapisan tuf marina yang lebih besar. 

Di antara bagian Barat dan Timur terdapat aliran dua buah sungai, yaitu Sungai Pria Laot dan Sungai Raya. Daerah ini merupakan sebuah slenk dari sebuah fleksun (patokan yang tidak sempurna). Kondisi geologis wilayah ini terdiri dari 70% batuan vulkanis (andesite), 27% batuan sedimen (line stone dan sand stone), dan 3% endapan aluvial (recent deposit). Pulau Weh mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan lazimnya jatuh pada bulan September sampai Pebruari. Musim kemarau pada bulan Maret hingga bulan Agustus. Menurut hasil pengukuran Stasiun Meteorologi Sabang, curah hujan yang tercatat rata-rata 1.745 - 2.232 mm/tahun, dengan angka terendah pada bulan Maret sebesar 18 mm dan angka tertinggi pada bulan September sebesar 276 mm. Pada bulan September dan Oktober terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.

3. DEMOGRAFI 
Kota Sabang mempunyai jumlah penduduk 26.505 jiwa, yang terdiri dari 13.579 Laki-laki dan 12.926 Perempuan. Pada kecamatan Sukajaya terdapat 12.348 jiwa, yang terdiri dari 6.385 Laki-laki dan 5.963 Perempuan. Sedangkan pada kecamatan Sukakarya terdapat 7.194 Laki-laki dan 6.963 Perempuan, sehingga total penduduk pada kecamatan ini 14.157 jiwa. (BPS, 2003). Sedangkan menurut sensus 2004, penduduk Sukakarya berjumlah 14.116 jiwa. Kota Atas merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak dengan 3.979 jiwa (3.210 pada tahun 2000) sedangkan Iboih berpenduduk terkecil (575 pada 2004, 369 pada 2000). Di wilayah Kota Sabang, terdapat beberapa kelompok etnis dimana antara satu dan yang lainnya tidak jauh berbeda baik dalam kehidupan maupun dalam berbahasa. Pola hidup pada umumnya memiliki kesamaan dengan pola hidup masyarakat Aceh di daratan. Penduduk di wilayah ini pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang Pertanian dan Perikanan. Kemudian diikuti dengan Buruh, Perdagangan, Jasa, Angkutan, Pegawai, dan lainnya. 

4. SOSIAL EKONOMI 
Di wilayah Kota Sabang, terdapat beberapa kelompok etnis dimana antara satu dan yang lainnya tidak jauh berbeda baik dalam kehidupan maupun dalam berbahasa. Pola hidup pada umumnya memiliki kesamaan dengan pola hidup masyarakat Aceh di daratan. Penduduk di wilayah ini pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang Pertanian dan Perikanan. Kemudian diikuti dengan Buruh, Perdagangan, Jasa, Angkutan, Pegawai, dan lainnya. Infrastruktur utama yang ada di Kota Sabang saat ini adalah infrastruktur perhubungan darat yang berupa jalan. Jaringan jalan darat pada umumnya telah dapat menjangkau semua wilayah pemukiman di Kota Sabang dan daerah-daerah obyek wisata baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Saat ini Kota Sabang memiliki dua buah pelabuhan yaitu Pelabuhan Samudra (alam) di teluk Sabang dan Pelabuhan Ferry di teluk Balohan. Pelabuhan Samudra saat ini digunakan sebagai sarana Pelabuhan Bebas Sabang yang dapat dirapati oleh kapal-kapal besar dari berbagai negara (Gambar 7). 

 
Pelabuhan Ferry Balohan menghubungkan Pulau Weh dengan Aceh daratan dimana ada dua macam moda angkutan yaitu Kapal Ferry dan Kapal Cepat yang melakukan penyeberangan dua kali sehari ke Pelabuhan Uleleu (Gambar 8). 

 
Di Kota Sabang juga terdapat bandar udara Maimun Saleh, yang mempunyai jalur penerbangan utama ke bandara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh. 

 
5. SUMBERDAYA PESISIR

 a) Kondisi Perairan 
 Deburan ombak laut jernih, semilir angin sejuk dan kesegarannya warna hijau pepohonan tampak selalu menghiasi Kota. Lingkungannya yang masih sepi menghadirkan suasana keheningan alam yang menjadikan tempat ini paling tepat untuk mencari ketenangan serta menyegarkan kembali pikiran dan tubuh kita. 

Pulau Weh yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera ini berhadapan langsung dengan Laut Andaman dan dikelilingi oleh 4 pulau kecil lainnya yaitu Rondo, Seulako, Rubiah dan Klah. Di pulau yang luasnya 154 km2 ini hanya sedikit dijumpai dataran; sebagian besar adalah lahan berbukit-bukit dengan puncak tertinggi 617 meter dari permukaan laut.

 
Nama Weh yang berarti pindah, berasal dari peristiwa terpisahnya pulau tersebut dari daratan Sumatera akibat letusan gunung api yang terjadi puluhan ribu tahun lalu. Kini jejak-jejak keberadaan gunung api itu masih dapat kita lihat dari adanya batu-batu besar yang berserakan di seluruh pulau dan aktivitas vulkanik seperti semburan sulfur atau kolam lumpur panas di beberapa tempat tertentu. Pulau Weh sudah dikenal sejak tahun 1881. Ketika itu pemerintah Hindia Belanda menetapkan Sabang (kota terbesar di Weh) sebagai stasiun pengisian batu bara bagi kapal-kapal angkatan laut kolonial. 

Lokasinya yang strategis di selat Malaka dengan kondisi perairan yang dalam dan terlindung, membuat Sabang sangat sempurna sebagai pelabuhan alam. Kemudian pada tahun 1895, Sabang resmi menjadi pelabuhan bebas yang melayani kapal-kapal dagang dan dikelola oleh pihak swasta bernama Sabang Maatschaappij. Sabang direbut oleh Jepang pada tahun 1942 ketika pecah perang dunia kedua dan menghancurkan berbagai fasilitas yang ada di sana. Oleh pemerintah Indonesia, Sabang ditetapkan sebagai daerah perdagangan bebas pada tahun 1970, tetapi ditutup pada tahun 1985 dan tahun 2000 dibuka kembali sebagai pelabuhan bebas. Pulau Weh dapat dicapai dengan menggunakan kapal cepat selama 45 menit dari Ulee Lheu-Banda Aceh. 
Kapal cepat ini beroperasi dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Setelah sampai di pelabuhan Balohan, Anda dapat mencapai kota Sabang dalam waktu sekitar 20 menit dengan kendaraan bermotor. Lalu lintas yang lengang, jajaran pohon asam besar dan rindang di kiri kanan jalan serta didukung pula oleh lingkungan yang bersih dan rapi, membuat kota Sabang semakin asri. suasana asri kota Sabang. Aktivitas perekonomian pun berjalan santai. Mulai buka di pagi hari. Toko-toko di Sabang dibuka pagi hari dan ditutup pada siang hari dan baru dibuka kembali pukul 5-6 sore. Di kota ini, pemandangan indah pulau Weh dapat kita lihat dari atas bukit bernama Sabang Hill. Di tempat terdapat sebuah rumah tua peninggalan zaman Belanda yang sekarang telah berubah fungsi menjadi hotel yang juga bernama Sabang Hill. Kita juga dapat menikmati pantai-pantai indah di sekitar Sabang seperti pantai Kasih, Tapak Gajah, Sumur Tiga semuanya berpasir putih dan pantai berpasir hitam bernama Anoi Itam di bagian selatan. 

Di sepanjang pantai-pantai tersebut dapat dijumpai sisa-sisa perang dunia kedua seperti benteng atau bungker yaitu lubang perlindungan di bawah tanah. Daerah tujuan wisata utama di Weh berlokasi pada bagian barat pulau, yaitu di kawasan Iboih yang dapat dicapai dalam waktu sekitar 1 1/2 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor dari Sabang. Di sini terdapat pantai pasir putih Gapang dan pantai Teupin Layeu sedangkan pulau Rubiah berada di hadapannya. Alam nan tenang dan damai dengan laut jernih, indah dan kaya akan berbagai jenis ikan merupakan pemandangan yang sangat mengasyikkan dilihat dari kedua tempat ini. Perairan Pulau Rubiah yang terkenal akan keindahan terumbu karangnya dari kekayaan jenis ikan, sangat ideal bagi kegiatan menyelam dan snorkeling. 

Hewan laut besar seperti lumba-lumba, pari manta dan hiu paus pada musim-musim tertentu juga dapat ditemukan di perairan ini. Fasilitas wisata di kawasan Iboih tersedia cukup lengkap diantaranya pondok sederhana untuk menginap, rumah makan dengan menu barat, penyewaan alat snorkeling, dive shop, jalan setapak, penyewaan perahu dan glass bottom-boat. Dahulu ratusan turis backpacker dan penyelam dari Eropa sering mengunjungi tempat ini. 
Namun sejak diberlakukannya kondisi darurat militer di propinsi Aceh, tempat wisata ini menjadi sepi. Keadaan ini makin diperparah dengan hantaman tsunami di Aceh pada tahun 2004. Sekarang aktivitas wisata mulai pulih dan para turis mulai berdatangan kembali sekalipun belum seramai dulu. Tidak jauh dari Teupin Layeu terdapat kawasan lindung berupa hutan lebat dalam kondisi cukup baik, yang menjadi tempat tinggal bagi monyet ekor panjang, babi hutan, kalong dan beranekaragam jenis burung dan reptil. Di ujung hutan ini, pada sebuah bukit bernama Ujung Ba’u, berdirilah tugu kilometer nol Indonesia. Dengan menginjakan kaki di titik nol negara sendiri sambil memandang lautan lepas dalam suasana sunyi yang sekali-sekali dipecahkan oleh desiran angin di antara daun-daun pepohonan, menimbulkan perasaan bangga dan menjadi pengalaman tidak terlupakan di Pulau Weh bagi penulis.
b) Mangrove 
Hutan bakau (mangrove) merupakan salah satu ekosistem pesisir yang khas di daerah tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Seperti halnya di wilayah pesisir Iainnya di Indonesia, penyebaran mangrove di Kotas Sabang mengikuti pola penyebaran yang sama. Mangrove umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir; menerima pasokan air tawar yang cukup dari daratan; terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; serta salinitas di sekitarnya adalah payau (2-22 permil) hingga asin (mencapai 38 permit). Penyebaran mangrove di pesisir Kota Sabang terdapat pada daerah-daerah di Kelurahan Paya, Keuneukai, Beurawang, Jaboi, Balohan, Cot Abeuk, Cot Ba'u, serta di beberapa desa pesisir di Anoi Itam, Ujong Kareung, dan Ie Meulee serta dan di Kecamatan Sukakarya yaitu Kelurahan Iboih, Batee Shok, Paya Seunara, Krueng Raya, Aneuk Laot, Kota Bawah Timur, Kota Bawah Barat, dan Kota Atas. Mangrove yang tumbuh di daerah tersebut didominasi oleh api-api (Avicennia alba) dan nipah (Nypa fruticans). Api-api umumnya hidup pada zona yang dekat dengan pantai, dimana air laut lebih dominan; sedangkan nipah umumnya hidup pada muara-muara sungai besar yang salinitasnya lebih dominan ke tawar. Nipah merupakan satu-satunya jenis palmae yang ditemukan di hutan mangrove. Nipah yang banyak tumbuh di sekitar muara Sungai Way Semaka hingga saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan nipah baru sebatas menggunakan daun nipah untuk bahan atap rumah.

Keberadaan mangrove yang terdapat di zona pantai memiliki peran yang strategis berdasarkan fungsi dan manfaatnya. Secara fisik, mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan angin badai, melindungi pantai dari abrasi dan intrusi air laut, penahan lumpur dan perangkap sedimen. Fungsi ekologis adalah sebagai tempat pemijahan, mencari makan, dan pembesaran beberapa jenis ikan, udang, kepiting, dan biota laut lainnya. Diduga sebelumnya lahan tambak tersebut merupakan areal mangrove yang cukup luas, namun saat ini hanya tinggal beberapa pohon mangrove yang masih tersisa. Aktivitas penduduk lainnya yang merusak ekosistem mangrove, antara lain kegiatan penebangan mangrove untuk diambil kayunya, baik sebagai kayu bakar, pagar, ataupun untuk bahan bangunan (rumah). 

Seperti halnya di Sumatera, hutan di Pulau Weh sebagai daerah tropis ditumbuhi oleh tiga jenis pohon-pohonan sebagai hutan belantara yang padat. Pohon yang dominan terdiri dari batang kayu yang relatif kecil dan rimbun. Di bawah pohon-pohon ini tumbuh semak belukar, terdiri dari tumbuh-tumbuhan yang berbatang lampai dan berbagai jenis pohon menjalar. Data hasil inventarisasi menunjukkan bahwa sepanjang jalan menuju Ujung Ba’U banyak ditemukan permudaan dari pohon Tampu, Mentaling, Ara, Gelumpang dan lain-lain. Mendekati ujung Ba’u banyak ditemukan pohon-pohon besar antara lain pohon Beringin, Asam kandis, Damar laut, Bungo, Kenari, Ketapang dan lain-lain. Sedangkan vegetasi bawah didominasi oleh jeruk hutan yang berduri dan jenis rotan. Tumbuhan yang dibudidayakan yang paling dominan adalah kelapa, cengkeh dan sudah mulai dikembangkan kamiri dan coklat (cacao). 
c) Padang Lamun 
Padang lamun merupakan jenis tumbuhan berbunga (Bryophyta) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terendam di dalam air laut. Tumbuhan ini hidup di perairan dangkal agak berpasir, dan sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh sinar matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rizhoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Secara ekologis, padang lamun memiliki fungsi sebagai tempat mencari makan, daerah pemijahan, dan daerah pembesaran jenis-jenis ikan, udang, siput, dan biota taut Iainnya. Padang lamun segar merupakan makanan bagi duyung (dugong), penyu taut, butu babi, dan beberapa jenis ikan. Padang lamun merupakan daerah penggembataan (grazing ground) yang penting artinya bagi hewan-hewan taut tersebut. 
Padang lamun juga merupakan habitat bagi bermacam-macam ikan (umumnya berukuran kecil) dan udang. Ikan laut dan udang tidak makan daun segar, melainkan serasah (detritus) dari lamun. Detritus ini dapat tersebar luas oteh arus ke perairan di sekitar padang lamun. Daun lamun berperan sebagai tudung pelindung yang menutupi penghuninya dari sengatan sinar matahari. Pada permukaan daun lamun hidup melimpah ganggang¬ganggang renik, hewan renik dan mikroba, yang merupakan makanan bagi bermacam jenis ikan yang hidup di padang lamun. Banyak jenis ikan dan udang yang hidup di perairan sekitar padang lamun menghasilkan larva yang bermigrasi ke padang lamun untuk tumbuh besar. Bagi larva-larva ini padang lamun memang menjanjikan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhannya. Secara fisik, padang lamun dapat berfungsi menstabilkan dasar yang lunak dan mencegah intrusi air laut. Dengan sistem perakarannya yang padat dan sating menyilang, maka lamun dapat menstabilkan dasar laut dan mengakibatkan kokoh tertanamnya lamun dalam dasar laut. Selanjutnya padang lamun juga berfungsi sebagai perangkap sedimen yang kemudian diendapkan dan distabilkan. Sebaran padang lamun tidak banyak terdapat di wilayah pesisir Kota Sabang. Jenis tumbuhan lamun yang dominan adalah Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii; sedangkan jenis lainnya adalah Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia dan Halophila ovalis. Pemanfaatan lamun tidak banyak dilakukan oleh masyarakat setempat. 
Umumnya masyarakat hanya memanfaatkan areal padang lamun hanya untuk mencari ikan ataupun biota laut lainnya. Jenis-jenis ikan konsumsi yang banyak tertangkap di sekitar padang lamun adalah baronang (Siganus spp), belanak (Mugil sp), ikan Iidah (Cynoglosus sp) dan lainnya. Padang lamun menyimpan potensi untuk dikembangkan, antara lain sebagai bahan pangan ataupun pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi. Namun hingga saat ini belum ada anggota masyarakat yang memanfaatkannya sebagai pakan ternak. Biji yang dihasilkan oleh Enhalus acoroides dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Selain itu, tumbuhan lamun juga dapat dimanfaatkan untuk pupuk pertanian (pupuk hijau). Penggunaan potas, jaring panambe serta baling-baling perahu merupakan salah satu faktor penyebab rusaknya lamun. Aktivitas masyarakat dalam mencari kerang merupakan sebagian faktor yang menyebabkan rusaknya padang lamun. Di Teluk Cempi yang perairannya lebih terbuka menghadap Samudra Hindia, vegetasi lamun diperkirakan dapat tumbuh dengan baik di sana. Bentangan pasir putih juga menandakan adanya terumbu karang yang biasanya berdekatan dengan habitat lamun. Sayangnya, saat ini belum ada data tentang lamun di Teluk Cempi. 
d) Terumbu Karang 
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu. Perkembangan terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik lingkungan yang dapat menjadi pembatas bagi karang untuk membentuk terumbu. Beberapa faktor lingkungan tersebut anatara lain: suhu air > 18°C, tetapi optimal pada suhu 23-25°C; kedalaman perairan optimal pada 25 m atau kurang; salinitas perairan antara 30-36 permil; serta perairan yang cerah, bergelombang dan bebas dari sedimen. Beberapa bentuk hidup (life form) terumbu karang yang dijumpai di sekitar perairan pesisir Tanggamus tidak berbeda jauh dengan yang terdapat di sekitar Sabang Bentuk hidup terumbu karang yang penting antara lain branching, encrusting, tabulate, digitate, massive, submassive, foliose, mushroom, dan laminar. 
Manfaat yang terkandung dalam terumbu karang sangat besar dan beragam. Jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu manfaat Iangsung dan tidak Iangsung. Manfaat Iangsung terumbu karang adalah habitat bagi sumberdaya ikan, batu karang, pariwisata, wahana penelitian dan pemanfaatan biota perairan Iainnya. Terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, serta tempat pemijahan bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya. Manfaat tidak langsung terumbu karang terkait peranannya sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain-lain. Terumbu karang, khususnya terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut. Terumbu karang dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari wisata selam ataupun kegiatan wisata bahari lainnya. Bahkan devvasa ini berbagai jenis biota yang hidup di ekosistem terumbu karang atau moluska yang hidup di ekosistem ini ternyata banyak mengandung berbagai senyawa bioaktif yang mempunyai potensi besar sebagai bahan obat-obatan, makanan, dan kosmetika. Selain itu, terumbu karang yang merupakan salah satu keanekaragaman yang unik menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi perhatian besar bagi para ahli, mahasiswa, perusahaan farmasi, dan pihak lainnya, untuk dijadikan obyek penelitian. Ekosistem terumbu karang banyak menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan, karang, moluska, crustacea dan biota Iainnya, bagi kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di wilayah pesisir. Bersama dengan ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Menurut Munro dan Williams (1985), dari perairan yang terdapat ekosistem terumbu karangnya pada kedalaman kurang dari 30 m, maka setiap 1 km2-nya terkandung ikan sebanyak 15 ton.
Pemerintah Indonesia telah menentukan daerah perairan ini, sekitar 2600 hektar sekitar pulau Rubiah sebagai daerah special nature reserve. Terletak di teluk Sabang, dimana air disini relatif tenang dan sangat jernih (25 m visibility) laut disini diisi oleh bermacam trumbu karang dan ikan bermacam warna. Taman Laut Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat kota Sabang, dapat dicapai melalui darat, atau sekitar 7 km dengan menggunakan perahu boat, dan terletak bersebelahan dengan desa Iboih. Dapat ditemukan gigantic clams, angel fish, school of parrot fish, lion fish, sea fans, dan banyak lagi. 

 
Bagi penggemar snorkel berpengalaman, Octopus dan Stingrays dapat dilihat disini. Berjemur sinar matahari di pantai dengan pasir yang halus dan putih dapat dilakukan pada pantai yang berseberangan. Tempat ini merupakan surganya turis penggemar snorkel dan selam.Terumbu karang hanya berjarak sekitar 5 meter dari tepi pantai berpasir. Satu-satunya ancaman bagi keindahan terumbu karang itu datang dari kapal nelayan yang mengoperaskan penangkap ikan jenis pukat harimau. Sistem kerja kapal ini, menebar jala berikut pemberat besi yang akan menyapu hingga ke dasar laut. 

Akibatnya terumbu karang yang butuh waktu puluhan tahun untuk tumbuh, hancur sebentar saja. Dengan begitu muncul kesan nelayan tidak mempedulikan kondisi ekologis laut. Sebetulnya ubur-ubur berduri juga memakan terumbu karang, tetapi ancaman terbesar adalah dari pukat harimau ini. Jika pemerintah tidak segera ambil peduli, terumbu karang akan hancur. Nilai potensi alam kota Sabang dari Taman Laut Nasional Pulau Weh dengan 2600 Ha memiliki ekosistem terumbu karang serta habitat beberapa biota laut yang dilindungi seperti; Trochus niloticus, Turbo marmoratus, Charonia tritonis, Cassis cornuta, Tridacna gigas, Rhineodon typus Pada saat situasi konflik di Aceh mulai bergejolak antara R.I dan GAM, kunjungan wisatawan asing semakin menurun drastis tanpa terkecuali termasuk Pulau Weh. 

Pada masa ini banyak masyarakat Desa Iboih meninggalkan profesi eco wisata ke profesi lain seperti; nelayan, berkebun, bertani. Banyak fasilitas-fasilitas yang mereka bangun dulu dibiarkan terbengkalai tanpa terawat. Apalagi semenjak diberlakukannya Darurat Militer oleh Pemerintah Pusat melarang wisatawan asing untuk berkunjung ke Aceh. Pada saat Darurat Sipil, wisatawan diperbolehkan berkunjung ke Aceh tetapi dilapangan terdapat adanya birokrasi kurang bagus. 
Masa-masa transisi inilah cukup mempengaruhi perekonomian mereka semakin melemah. Setelah pencabutan Darurat Sipil dan diberlakukan Tertib Sipil, situasi ini tidak merubah perekonomian masayarakat. Pada tanggal 26 Desember 2004, gempa dan gelombang tsunami melanda Aceh tanpa terkecuali termasuk Pulau Weh khusunya. Banyak nyawa manusia meninggal, harta benda dan barang-barang berharga yang mereka miliki hilang, rusak tanpa tersisa. Walaupun demikian semangat untuk hidup kembali mereka tidak pernah menyerah demi menyongsong hidup kedepan. Khususnya di Pulau Weh hanya sekian persen saja yang terkena dampak terhadap tsunami. Daerah-daerah itu meliputi bagian daerah pesisir pantai sekitar Pulau Weh, yaitu : Iboih, Rubiah Sea Garden, Gapang Resort, Pria Laot, Fisherman Villages (Krueng Raya, Perikanan, Balohan), Sabang Harbor, Paradiso Beach, Tapak Gajah Beach, Anoi Itam Village, Ujong Kareng Village, Keunekai, Pasir Putih Beach. Seperti yang telah dilakukan oleh Rubiah Tirta Divers milik Mahyiddin Dodent, mereka melakukan pemantauan atau survei terhadap biota-biota laut yang ada ditaman laut Pulau Weh. Rubiah Tirta Divers merupakan salah satu diveshop pertama sekali yang berdiri pada tahun 1989 di Pulau Weh yang berada di Desa Iboih.
Hasil pengamatan mereka banyak sekali sampah-sampah tsunami seperti perlengkapan dan peralatan rumah tangga telah menutupi terumbu karang tanpa ada tangan-tangan yang sanggup untuk membersihkannya. Banyak karang-karang yang patah dan tertutup sampah sehingga ekosistem larva karang itu sendiri tidak mempunyai substrat yang baik untuk melanjutkan kehidupannya. Begitu juga dengan ikan-ikan dan biota lain sejenisnya yang dulu memanfatkan terumbu karang sebagai tempat mencari makan, berlindungan dan pemijahan sekarang mereka tidak bisa lagi menghuni terumbu karang tersebut karena telah tertutup oleh sampah-sampah Akhirnya bantuan dari NGO Asing Project AWARE (PADI) yang berkedudukan di Australia telah mendanai pembersihan ini. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2005 setelah pasca tsunami. untuk mau menanggapi masalah dampak lingkungan yang serius terhadap apa yang telah melanda perairan taman laut.
Pulau Weh selama kurun waktu yang cukup lama tanpa ada penanganan yang serius dari semua pihak. Pada akhir bulan September 2005, dana bantuan dari NGO Asing SEACOLOGY yang berkedudukan di Berkeley,U.S.A sanggup mendanainya dalam membersihkan sampah-sampah tsunami berkelanjutan. Atas permintaan tenaga kerja local untuk mempercepat kegiatan ini karena bulan suci Ramadhan. tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga local yang dulunya pernah bekerja pada Rubiah Tirta Divers dengan memiliki pengalaman dan sertifikasi yang diakui oleh Profesional Association Dive Instructur (PADI). kegiatan ini juga di bantu oleh para turis-turis asing yang singgah atau berwisata ke Pulau Weh. Dengan adanya kegiatan ini mereka juga sangat antusias membantunya baik didalam laut maupun dipinggir pantai. 
6. SUMBERDAYA PERIKANAN 
a) Perikanan tangkap 
Berdasarkan data PDRB Kota Sabang, subsektor perikanan senantiasa mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan rata – rata 13,6 % per tahun dari tahun 1997 hingga 2000, dan kontribusinya terhadap sektor pertanian-pun juga mengalami peningkatan. Sementara perkembangan jumlah petani nelayan di Kota Sabang tercatat tidak terlalu berfluktuasi sejak tahun 1993 – 2000 dimana jumlahnya berkisar antara 950 – 1050 orang. Produksi perikanan laut Kecamatan Pulo Aceh juga menunjukkan angka yang cukup menggembirakan. Sekitar 4,7 % dari total produksi ikan Kabupaten Aceh Besar tahun 1999 merupakan hasil tangkapan dari kecamatan ini. Total produksi perikanan Kecamatan Pulo Aceh pada tahun 1999 sebanyak 533,30 ton dengan bagian terbesar berasal dari perikanan laut. Sementara jumlah nelayan yang termasuk dalam nelayan laut dan bersifat tetap tercatat untuk tahun 2000 adalah 396 orang serta petani tambak 10 orang. Produksi ikan di Sabang terutama berasal dari perikanan laut karena terbatasnya areal kolam dan tambak. Selama kurun 1998 – 2002 produksi perikanan laut cenderung mengalami peningkatan 

Peningkatan ini tidak terlepas dari semakin bertambahnya armada dan alat penangkapan ikan yang dimiliki nelayan.Berdasarkan data menunjukkan bahwa potensi lestari sumberdaya ikan untuk Selat Malaka cukup besar, yaitu 215,664 ton/hari dengan dominansi ikan Palagis Kecil sebesar 119,600 ton/hari dan ikan Demersal sebesar 82,400 ton/hari. Lainnya berupa Udang, Penoid, Lobster dan cumi-cumire; taif kecil. Sedangkan untuk Samudera Indonesia potensinya sebesar 923,341 ton/hari dengan dominasi ikan Palagis Kecil 429,711 ton/hari, Cakalang 112,921 ton/hari, Tuna 91,910 ton/hari, dan tongkol 90,516 ton/hari. Sedangkan potensi ikan lainnya seperti udang, cumi-cumi, dan ikan karang potensinya kurang dari 30,000 ton/hari. Potensi sumberdaya ikan di atas belum sepenuhnya dieksploitasi oleh nelayan di sekitar perairan tersebut, maka dengan meningkatkan peralatan penangkap ikan, masih memungkinkan ditingkatkannya hasil tangkapan ikan laut tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.12, bahwa masih cukup besar peluang usaha penangkapan ikan laut, karena tingkat pemanfatannya masih relatif sedang. Pemanfaatan tangkapan ikan laut yang masih cukup peluangnya adalah Pelagis Kecil (59 %), Pelagis Besar ( 42-77 %), Demersal 35 %, Cumi-cumi 46 %, dan Udang Penoid sebesar 84 %. Ikan yang tidak punya peluang pemanfaatannya adalah ikan karang, seperti kerapu yang telah over eksploitasi. 
b) Perikanan budidaya 
Sesuai dengan letak goegrafisnya, Kawasan Sabang berada di antara perairan barat laut Sumatera dan laut Selat Malaka yang memang memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar. Selain tangkapan ikan laut, pengembangan usaha budidaya ikan berbasis tambak atau budidaya di laut (dengan sistim keramba jala apung) juga memiliki peluang untuk dikembangkan di pantai sekitar Pulao Weh dan Pulo Aceh. Potensi tambak (darat) di Pulau Weh seluas 62,5 Ha, yang terbagi untuk Sukajaya 20,5 Ha, dan Sukakarya 42,0 Ha. Usaha budidaya ini dapat dilakukan terutama untuk udang dan ikan nila. Sementara di daerah sekitar pantai dapat diusahakan untuk budidaya laut, seperti ikan kerapu, rumput laut, kerang mutiara, ikan hias dan sebagainya. Ketersediaan ikan yang cukup besar di Sabang sebagaimana telah dipaparkan di atas tentunya dapat menjadi dasar untuk mengembangkan industri perikanan yang mampu menjadi andalan di kawasan ini. Hal ini juga didukung oleh adanya pengembangan segitiga pertumbuhan ekonomi yang menjadikan Sabang sebagai alternatif titik pengembangan industri perikanan yang strategis. Dengan adanya kebijakan Kawasan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, kesempatan ini akan lebih dapat ditunjang karena diharapkan dapat mendorong masuknya investasi yang besar untuk pengembangan industri perikanan terpadu. 
 7. SUMBERDAYA PARIWISATA 
Sumber daya hayati pesisir dan lautan seperti populasi ikan hias, terumbu karang ,padang lamun, hutan mangrove dan berbagai bentang alam pesisir (coastal landscape) unik lainnya, membentuk suatu pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan. Kondisi tersebut menjadi daya tarik yang sangat besar bagi wisatawan, sehingga pantas bila dijadikan objeck wisata bahari. Potensi utama untuk menunjang kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut adalah kawasan terumbu karang; pantai berpasir putih atau bersih; dan lokasi-lokasi perairan pantai yang baik untuk berselancar (surfing), ski air, serta kegiatan rekreasi air lainnya. Luas kawasan terumbu karang yang terdapat di Indonesia mencapai 85.000 km2. 

Umumnya perairan kawasan timur Indonesia memiliki terumbu karang yang lebih beraneka ragam. Diperkirakan bahwa ekosisitem terumbu karang memiliki keragaman spesies sebanyak 335-362 spesies karang scleractinian dan 263 spesies ikan hias laut. Hal ini menciptakan keindahan panorama alam bawah laut yang luar biasa bagi para penyelam, para wisatawan yang melakukan snorkeling, atau melihatnya dari atas kapal yang dasarnya berkaca (glass bottom boat). Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan bila terumbu karang dapat dijadikan modal utama dalam pengembangan wisata bahari di Indonesia. 

 
Perjalanan dari Balohan ke kota Sabang melalui jalan yang agak berliku dan penuh dengan tanjakan dan turunan. Di daerah Mata Ie, tanjakan sudah lebar dan di Cot Ba’u ada turunan tajam yang sudah dialihkan jadi sudah agak landai. Dibeberapa tempat masih cukup curam. Kanan kiri jalan relatif sepi dari rumah penduduk, karena kiri jalan relatif curam sedangkan kanan jalan sebagian adalah tebing. Jalan ini rupanya ada tepat di daerah fault/patahan . Memasuki kota Sabang, yang berada di bagian Utara Pulau Weh, keramaian langsung terasa. 

 
Ingat Sabang, ingat Merauke, setidaknya itu adalah rangkaian kata dalam lagu Dari Sabang sampai Merauke, hasil karya R. Surarjo, yang sudah huapal banget sejak SD. Rangkaian kata ini juga masih marak dalam pidato, pengantar laporan, juga iklan-iklan. Pulau Weh, pulau serba ada. Mau gunung api? Ada yang masih ngebul, bisa ditemui di daerah Jaboi. Mau Danau, ada juga, namanya Danau Aneuk Laot, yang merupakan salah satu sumber utama air tawar kota Sabang. Mau keindahan pantai? juga banyak.

 
Kunjungan ke pantai bisa dimulai dari kota Sabang ke arah Timur kemudian sisir ke Selatan. Ada Pantai Kasih (sayang sekali terkena dampak yang cukup parah dari Tsunami Desember 2004), ada Pantai Tapak Gajah dan Pantai Sumur Tiga dengan pasir putih nya. 3 kilometer ke Selatan ada Pantai Ujung Kareung, tempat mancing yang ideal, ikan buanyak dalam jarak 25 meter dari pantai dan dengan kejernihan airnya jauh ke Selatan lagi, ada pantai Anoi Itam, pasir disini telihat berwarna hitam. Sebelum sampai Anoi Itam, ada benteng Buvark di Ujong Meutigo. Benteng ini di pinggir pantai dan cukup tinggi dari permukaan laut, menghadap ke Timur. Masih ada meriam yang tertinggal. Pemandangan dari ketinggian ini sangat indah. Air laut yang jernih menyibak keindahan bebatuan didasarnya. 


 
Konon kisahnya dahulu kala, Pulau Weh itu sebenarnya bersatu dengan Pulau Sumatera. Namun dalam sebuah gempa bumi dahsyat, keduanya terpisah seperti kondisi sekarang yang berjarak 18 mil! Akibat gempa itu lagi, Pulau Weh menjadi tandus dan gersang. Lalu ada seorang putri jelita di Pulau Weh yang meminta pada Tuhan agar Pulau Weh tidak gersang. Ia lalu membuang seluruh perhiasannya ke laut sebagai "kaulnya". Kemudian hujan pun turun, disusul gempa bumi. 

Akhirnya terbentuklah sebuah danau yang kemudian diberi nama Aneuk Laot di tengah-tengah pulau itu. Putri itu sendiri kemudian terjun ke laut. Tak usah dipermasalahkan benar-tidaknya, sebab namanya saja legenda. Tetapi yang pasti Danau Aneuk Laot seluas 30 hektar itu masih ada hingga sekarang. Dengan kapasitas air 7 juta ton, danau itu menjadi sumber air minum utama penduduk Sabang. Sementara sumber cadangan air datang dari empat danau lagi, Danau Paya Seunara, Paya Karieng, Paya Peuteupen dan Paya Seumesi. Halnya laut lokasi terjun dan tempat buangan perhiasan dan Sang Putri di sekitar Pantai Iboih dekat Pulau Rubiah, menjadi taman laut yang indah dengan hiasan utama terumbu karang dan ikan warna-warni. Keindahan itu jadi alasan utama kedatangan putri-putri jelita modern dari Jepang, Eropa dan Amerika. Sajian tubuh setengah telanjang mereka di tepian pantai, lantas menjadi alasan kedua bagi kedatangan turis domestik. 
Begitulah, Sabang menjadi sebuah tujuan wisata dengan beragam keindahan. Banyak orang lantas memperbandingkannya dengan Bali, Bunaken dan Pantai Senggigi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pengandaian itu tidak terlalu berlebihan. Sabang memiliki sejumlah objek wisata mengagumkan dan layak dinyatakan: Sabang, the new terminology of paradise. Objek wisata itu berjejer rata mulai dari Tugu Kilometer Nol (KM-0) Indonesia hingga ke kawasan Pantai Iboih, Pantai Gapang, Pantai Kasih, Pantai Pasir Putih, Pantai Sumur Tiga, Pantai Anontam, Pantai Tapak Gajah atau Pantai Lhung Angen. Bisa juga mendatangi Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Rondo dan Pulau Seulako. Menyaksikan alam bawah laut menjadi kenangan tersendiri. Nuansa sedikit berbeda terdapat di gua, Air Terjun Pria Laot dan Benteng Jepang. Tinggal pilih. Kendati punya banyak objek wisata, umumnya wisatawan yang datang ke Sabang, terutama wisatawan domestik, pertama-tama akan menyempatkan diri mendatangi Tugu Kilometer Nol (KM-0) Indonesia. Pulau Weh, merupakan pulau paling barat daratan Indonesia. Tugu ini menjadi batas penghitungan setiap jengkal wilayah Indonesia hingga ke Merauke di Papua. Dengan nilai penting semacam ini, pengunjung merasa perlu datang. 
Apalagi Sabang memberikan sertifikat bagi pengunjung yang sampai kemari. Tugu KM-0 itu sendiri berada dalam areal Hutan Wisata Sabang di Ujong Ba'u, Kecamatan Sukakarya. Bentuknya berupa sebuah bangunan bundar warna putih berlantai dua. Tinggi sekitar 15 meter dengan beberapa undakan. Di lantai pertama, terdapat sebuah pilar bulat yang sayangnya sudah rusak dijahili orang-orang tidak bertanggung jawab, sehingga sulit diketahui bentuk awalnya. Di dinding bangunan menempel prasasti peresmian tugu yang ditandatangani Wakil Presiden Try Sutrisno di Banda Aceh, ibukota NAD, pada 9 September 1997. Sementara di lantai dua atas yang terbuka, terdapat dua prasasti. Prasasti pertama ditandatangani Menteri Riset dan Teknologi/Ketua BPP Teknologi BJ. Habibie, pada 24 September 1997. Isinya menjelaskan bahwa penetapan posisi geografis KM-0 Indonesia itu diukur para pakar BPP Teknologi dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS). Sementara prasasti kedua menjelaskan dalam angka-angka, posisi geografis itu, yakni 050 54’ 21. 42” Lintang Utara dan 950 13’ 00.50” Bujur Timur, dengan ketinggian 43,6 meter.Di seberang jalan tugu tersebut, terdapat batu penanda jarak berwarna kuning seperti biasa terlihat di pinggir jalan. 
Bedanya di situ tertulis angka nol. Hal yang tak lazim dijumpai pada batu penanda jarak lainnya. Sebagai sebuah objek wisata, tugu KM-0 sudah memadai. Pepohonan tertata rapi, pelindung dari sengat matahari saat duduk di halte sambil memandang ke arah Lautan Hindia. Karena Weh merupakan daratan paling ujung, maka tidak akan ada pulau penghalang pandangan hingga ke Kepulauan Nicobar di India. Tentu saja mata telanjang tidak akan bisa melihat Kepulauan Nicobar, sebab jaraknya ratusan mil dari Sabang. Menjelang malam, cukup menyenangkan menyaksikan matahari terbenam. Bola matahari berwarna jingga, kemudian berubah merah menyala di antara awan tipis, lantas “turun” ke laut yang juga menjadi merah. Sayangnya keindahan tugu KM-0 terganggu akibat sejumlah coretan, termasuk di prasasti. Sehingga pengunjung yang ingin mengabadikan kenangan di prasasti dan tugu harus puas dengan hasil foto yang jorok. Pantai Iboih merupakan pantai paling populer. Seperti halnya tugu KM-0, tidak sah mengunjungi Sabang jika tak singgah di Iboih. Walau sebenarnya keindahan pantai merupakan pemandangan dominan di Sabang, tetapi Iboih yang berada di areal sekitar 1.300 hektar di Desa Iboih, Kec. Sukakarya ini punya pesona unik. Iboih merupakan pantai pertama dijumpai setelah mengunjungi tugu.
Jarak antara keduanya enam kilometer. Di Iboih yang teduh dan sejuk, air laut menghijau hingga ke tepian pantai. Sembari menunggu makan siang dengan menu sea food di beberapa warung sederhana yang berjejer rapi di tepian pantai, pengunjung bisa memuaskan diri dengan mandi air laut. Sewa peralatan snorkling hanya Rp 10 ribu sekali pakai, dengan jaminan kartu identitas. Jangan khawatir jika tidak bisa berenang. Ada tali tambang di dalam laut tempat bergelayut hingga agak ke tengah. Jika mampu, tidak masalah berenang sekitar 150 meter dari Iboih ke Pulau Rubiah. Pulau itu persis di depan Iboih sehingga bisa dilihat keindahannya dari tepian pantai. Pulau Rubiah sendiri sebenarnya merupakan kawasan taman bawah air seluas 2.600 hektar. 
Pengunjung dapat menyeberang dan menginap di pulau ini. Selalu ada boat dengan biaya antar-jeput Rp 100 ribu. Kalau mau mengelilingi pulau, sewa kapal Rp 200 ribu. Di tengah pengelilingan, boat akan berhenti sejenak. Pemilik boat kemudian menurunkan kotak kaca, sehingga dari kotak kaca itu penumpang dapat melihat ikan warna-warni berseliweran di antara terumbu karang di kedalaman antara 5 hingga 10 meter. Terumbu karang merupakan primadona wisata Sabang. Sejumlah turis biasa melakukan aktifitas selam (diving). Saat ini ada tiga operator diving di Sabang, yakni Pulau Weh Diving Centre dan Rubiah Tirta Divers di Iboih, serta Lumba-lumba Diving Centre di Pantai Gapang, sekitar 10 kilometer dari Iboih. Mereka bisa memandu ke lokasi penyelaman paling menarik dengan bayaran US$ 20 atau sekitar Rp 200 ribu jika dikalikan kurs Rp 10 ribu. Namun Jika memang belum memiliki lisensi, terpaksa membayar US$ 225 untuk biaya kursus singkat pemula atau oven water diver. “Kursus hingga lima hari dengan instruktur yang berlisensi dari Profesional Association of Diving Instructor (PADI). Jika dibutuhkan, kita juga bisa memberi pelatihan untuk kelas adventure diver seharga US$ 125 dan dive master dengan tarif antara 550 hingga 750 dolar Amerika Serikat yang bisa dibayar dengan rupiah dengan kurs harian,” kata Udi M Djamil (30), Manager Operasional Lumba-lumba Diving Centre yang berdiri sejak tahun 1998. Setiap empat penyelam biasanya didampingi seorang instruktur. 
Lantas dengan boat bersama-sama menuju lokasi penyelaman. Sedikitnya anggota tim memang sengaja dibatasi untuk memaksimalkan penyelaman dan pengawasan keselamatan turis. Apalagi di beberapa daerah penyelaman, arus air cukup deras. Udi yang juga instruktur berlisensi PADI pertama di Sabang menyatakan, ada 20 lokasi penyelaman. Antara lain Arus Balele, Seulako’s Drift, Pantee Kleu, Rubiah Sea Garden, Batee Tokong dan Pantee Aneuk Seuke Canyon dan Pantee Panneuteung. Sejumlah penyelam mengklaim, taman-taman bawah air itu setara dengan yang terdapat di Long Island, Maldives (Maladewa) di selatan India, Nusa Penida di Bali maupun di perairan Maluku. Namun Pulau Rubiah lebih unggul sebab memiliki banyak biota laut yang di negara-negara lain telah langka atau telah punah. Di antaranya ketam kelapa (Bigus latro), kima raksasa (Tridacna gigas), ikan bulu ayam (Lion fish). 
Selain itu juga kaya dengan tumbuhan ganggang serta terumbu karang warna-warni. Keindahan plus keunikan itu membuat para penyelam merasa perlu datang secara khusus. Misalnya Maret lalu, 15 turis asal Jerman khusus datang ke Sabang untuk melakukan diving dan berada di Sabang sekitar dua minggu di sekitar kantor Lumba-lumba Diving Centre di Pantai Gapang. Jika diambil rata-rata, bisa dikatakan terdapat lima turis yang datang setiap hari khusus untuk menyelam. Turis-turis asing itu tidak berpengaruh terhadap situasi Aceh yang memanas sejak status Daerah Operasi Militer (DOM) diberlakukan di Aceh dan belakangan suhunya meningkat lagi karena pemerintah berencana memberlakukan operasi militer. Satu-satunya ancaman bagi keindahan terumbu karang itu datang dari kapal nelayan yang mengoperaskan penangkap ikan jenis pukat harimau. Sistem kerja kapal ini, menebar jala berikut pemberat besi yang akan menyapu hingga ke dasar laut. 
Akibatnya terumbu karang yang butuh waktu puluhan tahun untuk tumbuh, hancur sebentar saja. Dengan begitu muncul kesan nelayan tidak mempedulikan kondisi ekologis laut. Sebetulnya ubur-ubur berduri juga memakan terumbu karang, tetapi ancaman terbesar adalah dari pukat harimau ini. Jika pemerintah tidak segera ambil peduli, aset pariwisata Sabang akan hancur. 


Ada anekdot yang mengatakan “Ke-botak-an seseorang sangat tergantung dari cara dia berfikir, apabila botak di belakang dia berfikir tentang masa lalu (sejarah) dan apabila botak di depan dia berfikir tentang masa depan (future)”, tapi kita tidak membahas anekdot tersebut namun yang menarik adalah sejarah-sejarah atau kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu yang terkait dengan perkembangan dan keberadaan Sabang. Pada era tahun 1800-an negara-negara Eropa memulai melakukan ekspansi ke daerah-daerah yang masih terbelakang seperti kawasan Asia dan Afrika, negara Eropa yang sangat dominan melakukan ekspansi pada masa zaman itu adalah Inggris, Belanda, Jerman, Portugis, dan beberapa negara lain. Berdasarkan peta terbaru pada masa itu (akhir tahun 1870-an) Sabang adalah sebuah pulau yang terletak di posisi silang penghubung antar negara bahkan benua yang merupakan salah satu target negara-negara ekspansi untuk menguasai rute dan perdagangan dunia. Belanda adalah negara yang berhasil menguasai Sabang dengan mendirikan Kolen Station pada tahun 1881, selanjutnya melalui Firma De Lange pada tahun 1887 membangun sarana penunjang fasilitas pelabuhan, dan pada tahun 1895 Pemerintah Belanda membuka Sabang sebagai Pelabuhan Bebas untuk internasional yang dikelola oleh Sabang Mactscapij, dan sejak saat itu aktifitas lalu lintas di teluk Sabang sangat crowded dari hari ke hari. 
Memasuki tahun 1940 mulai pecah perang dunia kedua memperebutkan daerah kekuasaan sekaligus menunjukkan kekuatan militer masing-masing negara ke dunia internasional. Banyak harta benda negara yang kalah diambil alih oleh negara yang menang, kejadian ini juga terjadi di Sabang pada tahun 1940 ketika Sabang masih dikuasai oleh Belanda, kapal-kapal milik lawan perang Belanda yang masuk ke Sabang dirampas menjadi hak milik Pemerintah Belanda. Salah satu yang menjadi catatan sejarah kita pada hari ini adalah Kapal Sophie Rickmers milik kebangsaan Jerman dengan spesifikasi : panjang total 134 m, lebar 17,5 m, tinggi 8 m, satu steam engine dengan kekuatan 2,900 HP, kecepatan 12 knot dan mempunyai crew sebanyak 42 orang. 

Drampas penguasa Belanda ketika memasuki perairan teluk Sabang namun Kapten kapal bersama crewnya tidak membiarkan Sophie Rickmers dirampas sehingga pada hari itu juga tanggal 10 Mai 1940 kapten bersama crew membuka palka Sophie Rickmer dan kapal besar tersebut dibiarkan tenggelam perlahan-lahan di Teluk Pria Laot bersama dua torpedo besarnya tanpa bisa diselamatkan penguasa Belanda. Berdasarkan data-data dari PT. Lumba-lumba – Gapang serta searching internet, ada beberapa informasi yang diperoleh mengenai Sophie Rickmer yaitu kapal ini dibuat dari tahun 1917 s/d 1920 oleh perusahaan The Rickmers-Werft di Bremerhaven sebuah Kota Bagian Barat Hamburg dengan material yang sangat baik, dan pertama dipakai pada tanggal 16 Juli 1920 di bawah lisensi perusahaan The Rickmers-Reederei. Adapun perusahaan The Rickmers-Reederei kabarnya sampai saat ini masih eksis di Jerman. Sampai sekarang kondisi kapal Sophie Rickmer yang ditenggelamkan di Teluk Pria Laot belum banyak diketahui secara umum. 
Hal ini sangat perlu bagi kita untuk mempublikasikan ke wisatawan nusantara dan wisatawan luar negeri tentang posisi kapal Sophie Rickmer. Menurut beberapa diver yang telah menyelam diseputar Teluk Pria Laot eksistensi kapal dapat dijumpai pada kedalaman sekitar 30 – 40 meter di bawah laut dan kondisi kapal masih utuh namun sudah terkorosi serta menjadi tempat sarang ikan-ikan dan binatang laut. Untuk meningkatkan pariwisata di Sabang, selain wisata bawah laut yang terkenal dengan sea garden under water yang berlokasi di sekitar Gapang dan Iboih, juga sangat penting untuk menjdi prioritas adalah wisata sejarah seperti keberadaan kapal Sophie Rickmer untuk dijadikan objek wisata sejarah dan wisata selam yang harus dikunjungi bila berada di Sabang, sehingga upaya memperpanjang dan memperlama (long stay) masa kunjungan wisatawan yang berada di Sabang dapat terpenuhi, Pulau Weh mempunyai keunikan dan keindahan akan kecantikan alami dan tempat-tempat sejarah. 

Selain daripada meriam-meriam dan benteng-benteng kuno, masih banyak lagi obyek masa lalu yang menarik. Beberapa tempat menarik adalah sebagai berikut. Taman Laut Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat kota Sabang, dapat dicapai melalui darat, atau sekitar 7 km dengan menggunakan perahu boat, dan terletak bersebelahan dengan desa Iboih. Pemerintah Indonesia telah menentukan daerah perairan ini, sekitar 2600 hektar sekitar pulau Rubiah sebagai daerah special nature reserve. Terletak di teluk Sabang, dimana air disini relatif tenang dan sangat jernih (25 m visibility) laut disini diisi oleh bermacam trumbu karang dan ikan bermacam warna. Dapat ditemukan gigantic clams, angel fish, school of parrot fish, lion fish, sea fans, dan banyak lagi. Bagi penggemar snorkel berpengalaman, Octopus dan Stingrays dapat dilihat disini. Berjemur sinar matahari di pantai dengan pasir yang halus dan putih dapat dilakukan pada pantai yang berseberangan. Tempat ini merupakan surganya turis penggemar snorkel dan selam.Terumbu karang hanya berjarak sekitar 5 meter dari tepi pantai berpasir. 
Akomodasi berupa makanan dan penginapan tersedia di desa Iboih. Iboih adalah desa kecil dimana kondisi dan layanan penduduk sangat menunjang kenyamanan dalam menikmati atraksi alam sekitar. Hutan Wisata Iboih terletak bersebelahan dengan Taman Laut Rubiah, dengan luas sekitar 1300 hektar dan juga merupakan daerah terlindung. Hutan ini merupakan hutan hujan tropis yang masih tinggi kerapatannya tetapi selalu mengundang pengunjung untuk menikmati keindahan keasliannya. Hutan ini tempat bagi beragam binatang, banyak terdapat monyet, reptil kecil dan besar, dan burung beraneka warna termasuk burung dara Nicobar yang tidak terdapat di bagian lain Indonesia. 

 
Pantai di pulau Weh sangat beragam dan sangat menarik untuk dikunjungi. Pantai Kasih adalah pantai yang paling dekat dengan kota Sabang. Sekitar dua km ke arah Barat Daya terdapat pantai berbatu dengan banyak pepohonan kelapa sepanjang semenanjung. Di sepanjang semenanjung ini juga dapat ditemui beberapa peninggalan Perang Dunia II berupa benteng-benteng tempat senjata berat seperti meriam. 

 
Mengikuti sepanjang pantai sekitar dua kilometer kita akan sampai di Pantai Tapak Gajah. Jika kita teruskan maka akan sampai di Pantai Sumur Tiga. Pasir putih yang halus dan air yang jernih sangat ideal untuk berenang dan snorkel. Sekitar dua kilometer dari Pantai Sumur Tiga terdapat Pantai Ujung Kareung. Disini banyak terdapat terumbu karang, ikan-ikan karang, dan juga bintang laut di dekat pantai. Pantai yang indah lainnya dapat ditemui di Gapang, yaitu pantai berpasir putih yang luas dan indah di dekat desa Iboih, arah Barat kota Sabang. Terdapat beberapa gua alami di pantai barat Pulau Weh yang terletak berseberangan dengan Hutan Wisata Iboih. Gua-gua ini menghadap ke samudra dan dihuni bermacam burung, kelelawar, dan ular. Menjelajahi tempat ini dengan menggunakan perahu harus didampingi oleh penduduk lokal karena lokasi yang cukup sulit dijangkau, dan berbahaya, terutama antara bulan Mei dan September saat musim angin Barat. 

Kondisi ini sangat menantang bagi pencinta gua. Menuju Sabang Sabang memang jauh, tetapi begitu mudah untuk mencapainya. Satu-satunya cara untuk menuju ke Pulau weh adalah lewat Banda Aceh, ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, mempunyai penerbangan langsung dari Penang dan Kuala Lumpur di Malaysia dan dari Medan, juga beberapa kota besar di Indonesia. Melalui jalan darat, banyak bus modern non stop dari kota Medan, akan melalui banyak tempat, seperti lewat jalur barat dan pantai utara atau dataran tinggi Aceh dan Taman Gunung Leuser Dari Banda Aceh pilih minibus/labi-labi yang menuju Pelabuhan Krueng Raya di mana ada ferry yang akan menyeberang ke pelabuhan Balohan di Pulau Weh dua kali sehari. Atau menggunakan kapal cepat Km Pulo Rondo/ Km Baruna Duta dari pelabuhan ulee lheu ke pelabuhan Balohan Dari Balohan pilih minibus atau taxi untuk menuju kota Sabang, kemudian naik mini bus ke wisata yang terkenal di sana. Bisa juga dengan jalur ini Banda Aceh menuju Pelabuhan Malahayati (30 Km) dapat ditempuh dengan jalan darat selama ± 30 menit. Selanjutnya menggunakan kapal Ferry (2 kali sehari) menuju Pelabuhan Balohan-Sabang selama ± 2 Jam. 

Dari Pelabuhan Balohan menuju Kota Sabang dapat ditempuh dengan kendaraan umum/pribadi selama 1 jam dan dilanjutkan menuju Desa Iboih selama 1 jam. Jalan raya menuju lokasi dalam keadaan baik sampai dengan Ujung Ba’u (Kilometer Nol Indonesia). Akomodasi Iboih memiliki lebih dari 50 bungalow dan 6 restoran yang dapat dipilih. Kebanyakan bungalow yang ada adalah yang sederhana tetapi nyaman. Ada yang mempunyai kamar mandi ada juga yang tidak. Para pengunjung tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari makanan, baik makanan lokal maupun eropa, semua bisa didapat dari restoran maupun warung nasi. Gapang memiliki lebih dari 30 bungalow dan 4 restoran. Beberapa ada yang begitu mewah dan mahal, tetapi ada juga yang sederhana tetapi nyaman. Ada yang memiliki kamar mandi, AC dan TV, tapi ada juga yang tidak memiliki kamar mandi sama sekali. Banyak pilihan makanan yang dapat dipilih dari restoran dan kedai nasi yang ada. Pantai Lhueng Angen mempunyai 10 bungalow dan 1 restoran, sederhana tetapi nyaman. Makanan eropa bisa didapat dari restoran yang dekat dengan bungalow. 
 8. REKOMENDASI 
1). Ketersediaan ikan yang cukup besar di Sabang sebagaimana telah dipaparkan di atas tentunya dapat menjadi dasar untuk mengembangkan industri perikanan yang mampu menjadi andalan di kawasan ini. Hal ini juga didukung oleh adanya pengembangan segitiga pertumbuhan ekonomi yang menjadikan Sabang sebagai alternatif titik pengembangan industri perikanan yang strategis di harapkan pemerintah Kota Sabang lebih berpihak pada industri perikanan berbasis ekologi. 
2). Potensi pengembangan budidaya alternatif yang dapat dibuat dalam skala rumah tangga, misalnya kerang hijau, atau abalone, perlu mendapat kajian biologi dan ekonomi. 
 3). Pulau Weh mempunyai keunikan dan keindahan akan kecantikan alami dan tempat-tempat sejarah. Selain daripada meriam-meriam dan benteng-benteng kuno, masih banyak lagi obyek masa lalu yang menarik paling unik di dunia. 
4). Satu-satunya ancaman bagi keindahan terumbu karang itu datang dari kapal nelayan yang mengoperaskan penangkap ikan jenis pukat harimau. Sistem kerja kapal ini, menebar jala berikut pemberat besi yang akan menyapu hingga ke dasar laut. Akibatnya terumbu karang yang butuh waktu puluhan tahun untuk tumbuh, hancur sebentar saja. Dengan begitu muncul kesan nelayan tidak mempedulikan kondisi ekologis laut. Sebetulnya ubur-ubur berduri juga memakan terumbu karang, tetapi ancaman terbesar adalah dari pukat harimau ini. Jika pemerintah tidak segera ambil peduli, aset pariwisata Sabang akan hancur. 
9. PENUTUP 
Sabang sejak didirikannya oleh Maatschappij pada tahun 1895 Pelabuhan Sabang mempunyai arti penting pada zaman Belanda, karena dari pelabuhan itulah kapal-kapal Besar belanda mengangkut rempah-rempah dari Bumi Nusantara untuk dijual ke Eropa. Kota sabang memiliki banyak potensi pesisir dan lautan yang perlu dikembang untuk di masa sekarang dan masa depan. Kota Sabang sebagai ODTW Bahari memiliki tempat-tempat wisata bawah laut dengan beragam jenis binatang dan tumbuhan laut yang ada di dalamnya, antara lain: Pulau Weh dan Pantai Iboih di lokasi Pulau Rubiah (dikenal juga dengan taman lautnya), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Arus Balee, Seulako’s Drift, Batee Tokong, Shark Plateau, Pantee Ideu, Batee Gla, Pantee Aneuk Seuke, Pantee Peunateung, Lhong Angen, Pantee Gua, Limbo Gapang, Batee Meuduro. 

Berikut ini potensi obyek wisata alam (nature tourist attraction) di Kawasan Sabang yaitu Taman Laut Pulau Rubiah, Pantai Iboih, Pantai Gapang, Pantai Paradiso, Pantai Tapak Gajah, Pantai Nipah, Pulo Aceh, Atraksi Alam Lumba-lumba, Atraksi Alam Ikan Pari, Pantai, Pasir Putih Lhung Angen, Danau Aneuk Laot, Air Terjun Pria Laot, Air Panas Gunung Merapi Jaboi, Air Panas Keuneukai dan Tugu KM “0. Pengembangan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang, Perikanan serta pariwisata akan mampu meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi kemiskinan masyarakat di Kota Sabang. 



BAHAN ACUAN 
http://karangaceh.blog.com/?page=2 di kunjungi tanggal 10 April 2009. 10:59 PM 
http://pugar.wordpress.com/2007/03/13/hello-world/ di kunjungi tanggal 10 April 2009. 10:30 PM 
http://students.ukdw.ac.id/~22022799/weh.htm di kunjungi tanggal 9 April 2009. 09:10 PM 
http://www.bpks.go.id/index2.php?module=profil_sabang&act=view&id=18 di kunjungi tanggal 9 April 2009. 10:00 PM 
http://sabangfreeport.blogspot.com/2007/11/sumber-daya-alam-potensi-perikanan.html di kunjungi tanggal 11 April 2009 11:30 AM 
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Sabang di kunjungi tanggal 9 April 2009 11:00 AM 
http://dgk.or.id/ di kunjungi tanggal 12 April 2009 1:00 PM 
http://www.wisataparlemen.com/front/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=317 di kunjungi tanggal 12 April 2009 1: 30 AM