Home » Archives for 2008
[PERIKANAN]: Budidaya Tiram Mutiara (bagian akhir)
Cangkang
tiram telah lama digunakan sebelum adanya pembudidayaan tiram dilakukan.
Cangkang tiram dapat dimanfaatkan sebagai hasil sampingan usaha, untuk menutub
sebagian biaya operasi yang dikeluarkan dan sebagai pengeruk keuntungan bagi
pengusahanya, juga dapat diandalkan sebagai penghasil devisa negara yang cukup
potensial.
Cangkang
tiram dapat diperoleh dari tiram yang sudah mati atau dimatikan karena sudah
tidak memenuhi sarat untuk operasi mutiara bulat maupun blister. Dalam dunia
perdagangan cangkang tiram dapat dogolongkan dalam kelas-kelas sebagai berikut:
(1)
Kelas A:
Termasuk
golongan yang paling mahal, dari narcenya yang masih bercahaya dan tidak
terdapat noda –noda hitam.
(2) Kelas
B
Dipilih
karena narcenya masih bercahaya dan masih terdapat noda-noda hitam.
(3) Kelas
C
Dipilih
karena dari cangkang terdapat bekas lubang, terutama dari mutiara blister atau
bagian narcenya masih bercahaya tapi sudah rusak dan banyak noda-noda hitam
yang disebabkan oleh serangan cacing.
(4) Kelas
D
Termasuk
golongan cangkang yang diafkir dan tidak digunakan untuk ekspor. Warna narce
sudah pudar dan tidak bercahaya lagi, ditemukan pada cangkang yang sudah lama
mati dan terendam air laut.
Cangkang
dari mutiara bundar biasanya termasuk kealas A yang harganya yang paling tinggi
dan paling disukai, cangkang dari mutiara blister termasuk kelas C karena
cangkangnya sudah banyak yang berlubang, walaupun narcenya masih bercahaya.
Adanya
hasil sampingan dari cangkang dari usaha tiram dapat unutk kelangsungan usaha
dan tambahan yang cukup berarti maupun tambahan keuntungan. Walaupun tiram yang
dipelihara tidak semuanya menghasilkan mutiara yang diharapkan, tapi tiram yang
dipelihara tersebut tetap menghasilkan cangkang dan daging.
Sumber bacaan
Aman; Adi, S; Diah, N, 1991, Pengamatan Pengaruh Penempatan IntiSetengah
Bulat TerhadapPertumbuhan Tiram Mutiara (Pinctada maxima), Makalah Lomba
Inovatif Produktif, Fak. Perikanan, Universitas Pancasakti, Tegal.
Dwiponggo, A, 1976, Mutiara Bab I (Umum), Lembaga Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
Mulyanto, 1987, Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia (Marine Cultured
Tehnique of Pearl Oyster in Indonesia), Diklat Ahli Usaha perikanan, INFIS
Manual Seri No. 45, Jakarta.
Sutaman, Ir., 1993, Tiram Mutiara, Teknik Budidaya & Proses
pembuatan Mutiara, Cetakan pertama, Kanisius (Anggota IKAPI), Yokyakarta.
Winanto, T., 1991, Pembenihan Tiram Mutiara, Buletin No. 1.
Balai Budidaya laut (BBL), Lampung.
_______ , T.; Soehadi, P; Silver, B.D.,
1991, Pemilihan Lokasi Budidaya Tiram
Mutiara, Buletin No. 3, Balai
Budidaya Laut (BBL), Lampung.
[PERIKANAN]: Budidaya Tiram Mutiara (bagian 4)
CARA PEMBUATAN TIRAM
MUTIARA
Proses terbentuknya mutiara terjadi
dalam tubuh mahkluk hidup, tergantung dari teknologi yang diterapkan dan dari
lingkungan ar yang mendukungnya. Ketiganya saling menunjang pada mutiara yang
dihasilkan sesuai jumlah dan mutu yang diharapkan. Mutiara
terjadi karena respon untuk menolak sakit dari benda asing yang masuk ke dalam
tubuhnya. Membentuk lapisan mutiara yang mengelilingi inti secara alami. Inti
terbuat dari plastik atau manik-manik setengah lingkaran dari bahan kapur. Proses
pembuatan mutiara untuk
menghasilkan mutiara bulat dan setengah
bulat (blister). Mutiara blister biasanya dilakukan pada tiram yang mengalami
kegagalan untuk membuat mutiara bulat atau yang menghasilkan mutiara bulat yang
kualitas kurang baik.
- Proses Pembuatan
Mutiara
·
Berunur 2-3 tahun, bila diperoleh dari
budidaya.
·
Berukuran 15 cm, bila diperoleh dari hasil
tangkapan.
·
Tidak cacat.
Pada
usaha besar diperlukan berkisar 100.000-200.000 ekor. Benih harus diseleksi,
meliputi umur dan ukuran. Bila umur dan ukuran belum cukup akan menghasilkan
cairan mutiara (narce) yang kurang baik. Dipelihara dalam rakit pemeliharaan
supaya mudah dalam penanganan.
b. Perlengkapan
dan Peralatan Operasi
1) Perlengkapan Operasi
· Rumah
Operasi
· Meja
Opearsi
· Meja Tiram
· Bak
Operasi
2) Peralatan operasi untuk pemasangan inti
(1) Standar operasi (kai dae)
Berbentuk
seperti tangan yang bagian ujungnya membuka, berfungsi untuk menjepit tiram yang
akan dioperasi agar tidak goyah.
(2) Pembuka mantel (hera)
Berbentuk
pipih tumpul bergagang lurus. Untuk membuka mante dari cangkang.
(3) Pisau pemotong (shaibo mesu)
Berbentuk
lurus dan bagian ujung tajam agak membengkok. Untuk membuat potongan mamtel.
(4) Pinset (pinseto)
Penjepit
seperti huruf ”V”, untuk menjepit atau mengambil kotoran yang terdapatdalam
tubuh tiram.
(5) Penahan (hikake)
Berbentuk
lurus dengan ujung melengkung bulat, untuk menahan bagian kaki tiram saat
melakukan torehan.
(6) Forsep (kai koki)
Bentuk
seperti tang (catut) tapi berfungsi kebalikannya, untuk membuka cangkang.
(7) Pisau operasi (mesu)
Bentuk
seperti sabit yang diberi tangkai panjang, yang tajam pada bagian ujungnya,
untuk membuka irisan pada bagian tubuh yang akan dipasang inti.
(8) Gunting pemotong (shaibo hasami)
Gunting
kecil bertangkai panjang, untuk mengguning mantel.
(9) Pemasuk inti (sonyuki)
Bentuk
seperti tongkat berujung bundar dan bagian tengahnya berlubang untuk memasukkan
inti setengah bulat dan bentuk ujung bengkok sedikit dan seperti cangkir, untuk
memasuk inti bulat.
(10) Pemasuk mantel (shaibo okuri)
Seperti
pisau poperasi berujung tumpul, untuk memasukkan potongan mantel ke dalam organ
yang telah ditoreh.
(11) Baji
Terbuat
dari kayu, berbentuk segitiga tipis dibaian ujungnya, untuk mempertahankan
terbukanya cangkang.
(12) Pembuka torehan (donyuki)
Seperti
penahan, untuk menahan terbukanya torehan agar mudah dalam memasukkan inti.
(13) Inti
(14) Alat ronsen
Diperlukan
bagi usaha skala besar, untuk memanau kondisi inti yang telah dipasang, apakah
masih dalam posisi semula atau telah dimuntahkan. Cara ini tiran yang
dipelihara benar-benar mempunyai peluang besar untuk menghasilkan mutiara. Pada
usaha skala kecil cara ini kurang menguntungkan karena harganya mahal.
- Pemeliharaan
Tiram Pasca Operasi
a. Pemeliharaan
Tiram yang telah dioperasi
Tiram
yang telah dioperasi masa pemeliharaannya merupakan masa yang menentukan, baik
untuk proses kesembuhan tiram dam mutiara yang akan dihasilkan. Tiram pasca
operasi dipelihara pada rakit pemeliharaan yang dibagi dalam tiga kelompok
bagian:
(1)
Rakit Operasi (RO)
Digunakan
untuk memelihara tiram yang baru saja dioperasi. Berada pada air yang paling
lamban dan berhubungan langsung dengan rumah operasi. Menghindari dari
perlakuan yang dapat menimbulkan stres yang perlu masa istirahat. Lamanya
sekitar luka yang dioperasi sembuh antara 10-15 hari.
(2)
Rakit Pemeliharaan Sementara (RPS)
Masa
yang menentukan dalam pelapisan mutiara bundar. Penanganan yang ceroboh bisa
menimbulkan tidak meratanya pelapisan inti dan dapat keluarnya inti atau
dimuntahkan oleh tiram. Lamanya lebih kurang 45 hari.
Yang
dilakukan pada masa ini adalah membolak-balikkan keranjang tiram setiap 3 hari
sekali dengan posisi yang berbeda-beda.
(3)
Rakit Pemeliharaan Tetab (RPT)
Masa
ini posisi tiram dibalik menjadi posisi dorsal dibawah dan ventral diatas,
selama 45 hari atau sampai saatnya dirontgen lagi pada usaha besar.
Berdasar
pengalaman tiram yang telah dipelihara setelah pascaoperasi sekitar 40%-55%
tiram yang mengandung inti, 25%-35% dimuntahkan dan mati sekitar 20%-30%.
Penanganan tiram yang mati diangkat dan diambil cangkangnya, yang memuntahkan
inti dipelihara untuk operasi mutiara setengah bulat, yang masih berinti
dilanjutkan ke rakit pemeliharaan tetap (RPT) hingga panen sekitar 1,5-2 tahun.
Diharapkan lapisan mutiara cukup tebal minimal 1 mm, sehingga tidak mudah
pecah. Pakan tiram berasal dari plankton yang cukup diperairan tersebut.
3. Hama dalam Pemeliharaa Tiram Mutiara
Hama
yang sering memakan tiram adalah sidat (Anguila
japonica), gurita (Oktopus vulgaris),
globe fish (Spaeroides spp), black porgy (Sparus melecephalus) dan berbagai jenis ikan yang lainnya.
Beberapa jenis kepiting dan ranjungan sering memakan tiram yang masih muda.
Kehadiran teritip (Balanus trigonus) juga
cukup mengganggu, menempel pada engsel dan permukaan cangkang, menyerap makanan
yang diperlukan tiram. Dari jenis cacing-cacingan, rumput laut. Untuk
menghindari hama diperhatikan kebersihan tiram dan keranjang, menghindari
perlakuan yang kasar terhadap tiram yang dapat menyebab stres.
PEMANENAN DAN
PENANGANAN HASIL
Penanganan
hasil pasca panen merupakan penentu harga yang tidak bisa diremehkan.
Penanganan yang kurang cermat dapat, cepat dan tepat akan berakibat merosotnya
harga penjualan. Mutiara merupakan hasil perikanan yang tidak mudah busuk,
walau pun sama-sama hasil perikanan.
Yang
perlu diperhatikan adalah kecermatan dan ketepatan penanganan saat panen agar
tidak mengurangi mutu yang di hasilkan.
Cara
memanen mutiara dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Tiram yang masih ada dalam keranjang
dibawa kerumah operasi.
(2) Tiram
dimasukkan kedalam bak panen agar cangkangnya cepat membuka.
(3) Tiram
yang telah membuka cangkangnya di baji agar tetap membuka dan dibersihkan
kotoran yang menempel dengan parangdan disikat dengan ijuk.
(4) Bila
sudah bersih, diletakkan pada bagian penjepit operasi dengan posisi anterior
menghadap ke peugas pengambil inti.
(5) Bagian
insang yang menutupi organ tubuh yang mengandung mutiara disisihkan, sehingga
mutiara kelihatan ampak menonjol dengan sediki bercahaya.
(6) Untuk
memudahkan dalam pengambilan mutiara, organ tersebut di buat sayatan dengan
pisau operasi.
(7) Sayatan
yang terbuka, mutiara dapat dikeluarkan dan dipasang inti kembali.
(8) Pemasangan
inti baru dapat dilakukan pada bekas luka lama atau membuat lokasi inti yang
baru.
Berkhirnya
pemasangan inti yang kedua ini tidak perlu diadakan masa masa pemeliharaan
sementara (tento) seperti masa
operasi yang pertama. Demikian pula rontgen karena tiram yang sudah besar
dirasakan terlalu berat. Bagi mutiara blister mutiara sudah menempel kuat pada
cangkang, biasanya tiram langsung dimatikan karena sudah tidak dapat digunakan
lagi.
Penanganan
Hasil Mutiara
a. Mutiara
Bulat
Penanganan
dilakukan harus secermat mungkin dan teliti akan menghasilkan mutiara dengan
warna yangn indah dan tidak mudah pudar. Penanganan yang kurang baik dapat
menghasilkan mutiara yang pudar. Sebab mutiara yang baru di panen masih
mengandung lendir dan diselimuti air laut yang bisa memudarkan warna dan cahaya
mutiara. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
(1)
Mutiara yang baru keluar dari tubuh tiram dicuci denganair tawar sampai bersih.
(2)
Dilap dengan kain katun yang diberi garam halus.
(3)
Selanjutnya mutiara diangin-anginkan sampai kering, tapi jangan dijemur.
(4)
Setelah kering, disimpan ditempat yang
tidak lembab dan dibentuk menjadi beraneka hiasan.
b. Mutiara
blister
Hal yang menarik dari mutiara
blister adalah dapat menggunakan overtone
atau warna dasar yang disukai konsumen. Mutiara blister yang masih menempel
pada cangkang maka harus dilepaskan dari cangkangnya dalam keadaan yang baik
dan utuh. Cara penanganannya sebagai berikut:
(1)
Mutiara yang menempel pada cangkang digores dengan alat bor bermata intan
secara melingkar sepanjang tepian mutiara hingga mutiara dapat dilepaskan.
(2)
Mutiara yang lepas dan inti dikeluarkan sehingga mutiara berlubang, yang
tinggal lapisan mutiara mutiaraberbentuk setengah lingkaran.
(3)
Bagiang yang berlubang dibersihkan dengan air keras (HCl).
(4) Pada
Bagian yang berlubang dilapisi dengan overtone,
dan ditutub dengan inti yang baru.
(5) Agar
membentuk lingkaran yang penuh maka ditutub dengan bagian cangkang yang
bentuknya setengah bulat datar dengan luas lingkaran yang disesuaikan dengan luas
lingkaran dasar blister untuk direkat dengan lem yang telah disediakan.
(6) Cangkang yang menempel
dihaluskan dan dibentuk melengkung agar lebih halus dan seperti mutiara bulat.
[PERIKANAN]: Budidaya Tiram Mutiara (bagian 3)
PENYEDIAAN BENIH TIRAM MUTIARA
Kelangsungan usaha
benih tiram mutiara tidak terlepas dri kesediaan yang memenuhi syarat, baik
jumlah, kualitsa maupun ukurannya. Terbatasnya jumlah benih yang diperlukan
jelas akan menimbulkan kesenjangan produksi mutiara. Ukuran benih tiram juga
merupakan faktor penentu keberhasilan dalam pemasangan inti. Benih dalam usaha
budidaya tiram mutiara adalah tiram yang mempunyai panjang di atas 15 cm dan
biasanya telah berumur 2 – 3 tahun, sehingga kuat untuk dipasang inti. Sedangkan
tiram yang masih berada di bawah umur tersebut dengan panjang kurang dari 15 cm
masih perlu dipelihara lebih lanjut agar siap dipasang inti.
Benih
umumnya diperoleh dari usaha penangkapan di laut dan usaha pembenihan atau
budidaya. Yang paling menonjol dari usaha penangkapan, selain telah berkualitas
baik dan ukuranya pun sudah cukup besar sejak penangkapan yang telah teseleksi.
Usaha pembenihan belum negitu menonjol terutama di Indonesia.
1.
Benih alam
Lautan
Indonesia merupakan kekayaan hayati yang cukup potensial, tidak terkecuali
tiram mutiara. Melimpahnya sumber benih tiram mutiara di laut, masih dapat
diandalkan sebagai sumber utama pemasok benih dari perusahaan- perusahaan
mutira di Indonesia. Benih biasa ditangkap pada bulan November-April, selama
enam bulan berturut-turut. Bertepatan dengan musim barat dan musim hujan
disertai dengan hujan dan gelomban yang cukup besar. Berdasar pengalaman
paranyelam pada saat inilah kondisi dasar perairan cukup jernih, sehingga tiram
tampak lebih jelas, terutama pada perairan dalam. Hasil tangkap ditampung dalam
keranjang dan diangkut dengan kapal untuk diseleksi berdasarkan ukuran.
Data
terakhir harga seekor tiram mutiara berdasar ukuran dari beberapa daerah
sebagai berikut:
Ukaran 15 cm ke atas (large) berkisar Rp 13.500-Rp 15.000,-
Ukuran 13 cm-15cm (mature) berkisar Rp 12000-Rp 13.500,-
Ukuran 10 cm-13 cm (medium) berkisar Rp 10.000-Rp 12.000,-
Ukuran 10 cm kebawah (chiken) berkisar Rp 7.000-Rp 10.000,-
2.
Benih
pembibitan dan usaha budidaya
a. Benih
pembibitan
Walau pun benih tiram mutira di laut
melimpah jika diekploitasi terus , lama-lama pasti akan menurun, bahkan bisa
punah. Dengan usaha penbenihan dan budidaya kelestarian sumber benih akan
selalu terjaga, disamping menunjang kebutuhan benih usaha mutiara.
Usaha
pembenihan tiram mutiara bersksla massal yang dilakukan dengan pemijahan
buatan, proses pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Pemilihan induk dan pemeliharaannya
- Induk
yang digunakan dipilih yang sudah matang kelamin dengan panjang diatas 20 cm.
- Induk diperoleh dari laut atau telah
dipelihara dalam rakit.
- Induk dipelihara dalam bak kusus,
suhu antara 27oC-28oC.
- Induk
diberi pakan campuran alga dan tepung jagung dengan dosis 4lt/ekor/hari dan
30mg/ekor/hari. Pakan diberi sehari dua kali, yaitu pagi dan sore.
2) Pemijahan
Dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan pendekatan lingkungan dan secara kimiawi:
v Pendekaan
lingkungan yang sering diliakukan adalah dengan thermal stimulation atau mengadakan perubahan suhu secara bertahap
dari 28oC sampai 35oC, hingga tiram memijah atau dengan
mengalirkan air laut secera terus-menerus.
v Pemijahan
dengan bahan kimia dengan menuntikkan ammonium hidroksida 0,2 ml ke dalam otot
adduktor tiram mutiara aau dengan campuran hidrogen peroksida 3-6 ppm dengan
air laut ber ph 9,1.
v Pembuahan
(fertilisasi) terjadi secara
eksternal dalam media air didahului dengan pengeluaran sperma dari tiraam yang
jantan, telur keluar 45 menit kemudian dengan diameter ±47,5 mikron.
3) Pnyediaan pakan
Pakan utama larva tiram adalah dari
jenis alga Isochrysis galbana dan Monochrysis lutheri sebagai makanan awal.
4) Pemeliharaan dan spat
Larva lebih menyuikai tempat gelap
dan remang-remang, maka tempat pemeliharaan di tutup dengan plastik gelap.
Kepadatannya ±200 ekor /liter. Kepadatan yang tinggi akan mengurangi
pertumbuhan normal, dan bisa kematian.
Larva ukuran benih (spat), dipindahkan ke bak pendederan,
dengan kepadatan 100-150 ekor/ liter dan pakannya alga jenis Cchaeoceros sp. Umur 60 hari siap
dipelihara pada empat pembesaran, dengan sirkulasi air tetap dipertahankan.
Untuk menghilangkan kotoran yang menempel yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
spat.
Untuk ukran benih yang siap di
operasi, spat perlu dipelihara pada raki terapung hingga berumur 2 tahun.
b. Usaha
budidaya
Spat (benih) yang digunakan untuk
pembesaran diperoleh dari hachery
(penmbenihan) aau dikumpulkan dari alam. Ukuran spat minimal 20 mm, sehinggga
kuat terhadap gelombang dan arus laut.
1) Tempat pembesaran
Dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu metode rakit apung dan metode palang cagak
silang. Keduanya mempunyai fungsi yang sama sebagai tempat menggantungkan spat.
Hanya penerapannya disesuaikan dengan kedalaman perairan. Yang dangkal
digunakan metode palang cagak silang, efesien dan praktis. Untuk laut yang
dalam digunakan metode rakit apung.
2) Keranjangn Pemeliharaan
Spat
dipelihara di keranjang-keranjang pemeliharaan yang digantung dirakit atau pada
palang cagak silang. Yang terbuat dari kawat tahan karat atau jaring yang
dibuat rajut.
3) Cara pemeliharaan
Benih
dimasukkan kedalam keranjang , di gantung pada kedalaman 1,5-5m. Benih yang
kecil kurang dari 5 cm dipelihara pada kedalaman 2-3m. diatas 5cm dapat
dipelihara pada kedalaman lebih dari 4m. Tiram tidak diberi pakan khusus tapi
mengandalkan pakan alami, untuk itu perlu perairan yang tinggi kesuburannya.
Tiap 3-4 bulan tiram perlu dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang menempel
pada tiram dan yang menempel pada keranjang pemeliharaan. Dan perlu juga dijaga
dari kerusakan untuk diperbaiki sampai panen tiba.
[PERIKANAN]: Budidaya Tiram Mutiara (bagian 2)
Bagian
penting yang harus kita lakukan sebelum memulai swuatu usaha budiadaya adalah
mencari dan meniali calon lokasi yang akan dijadikan tempat pemeliharaan.
Pemilihan lokasi tentu tidak sedikit biaya yang dikeluarkan. Tetapi biaya itu
bila dibandingkan dengan resiko dan keuntungan yang akan didapatmasih belum
seberapa. Usaha budidaya tiram mutiar a memang memerlukan investasi yang cukup
besar, maka demi keselamatandan kesinambungan usaha, lokasi budidaya hendaklah
dipilih yang benar – benar memenuhi persaratan, dengan mempertimbangkan hal –
hal berikut :
1.
Faktor Alam
Laut
sebagai bagian dari lokasi usaha dan sangat terbuka dengan 0-pengaruh luar,
maka faktor – faktor alam seperti hujan, badai, gelombang, pasang surut.
Merupakan hal – hal yang perlu dipelajari. Faktor – faktor alam tersebut tidak
bisa dikendalikan oleh tangan – tangan terampil ataupun alat – alat yang serba
canggih. Oleh karena itu kalau kita ingin selamat dan berhasil dalam
membudidayakan tiram mutiara, faktor alam harus terus mendukung lokasi
budidaya. Prinsip budidaya di alam terbuka seperti laut adalah menselaraskan
antara kebutuhan biologis dan fisiologis dari hewan yang dipelihara dengan
kondisi alam atau lingkungan sebagai media hidup, sehingga didapatkan suatu
kehidupan yang baik dan pertumbuhan yang
normal.
Lokasi
yang memenuhi syarat dalam hubunganya dengan faktor alam tersebut adalah
sebagai berikut :
Ø Terlindung
dari pengaruh angin musim, gerakan arus dan gelombang yang besar.
Ø Bebas dari
pengaruh sumber banjir yang dapat menimbulkan kekeruhan dan perubahan
salinitas.
Lokasi
yang memenuhi persyaratan tersebutn biasanya dijumpai pada laut yanga terletak
diantara pulau – pulau kecil atau teluk.
2.
Sumber Pencemaran
Limbah
penduduk, pertanian maupun industri sebenarnya merupakn sumber pencemaran yang
sangat membahayakan bagi kehidupan tiram mutiara. Berbagai bentuk limbah rumah
tangga yang berupa sisa – sisa makanan, detergen, bsaik berbentuk padat maupun cair serta
berbagai macambahan – bahan lainya yang berasal dari berbagai aktivitas
manusia, seringkali menjadi sumber penyakit yang serius bagi tiram yang
dipelihara. Oleh karena itu, lokasi hendaklah dipilih yang agak jauh dari pengaruh
bahan – bahan pencemar, terutama dari pusat – pusat pemukiman penduduk.
Yang tidak
kalah bahayanya adalah limbah yang
berasal dari kegiatan industri, terutama industri – industri yang memakai bahan
– bahan kimia. Biasanya limbah dari kegiatan tersebut merupakan bahan pencemar
yang sangat membahayakan bagi kehidupan berbagai macam hewan air termasuk tiram
mutiara. Oleh karena itu pemilihan lokasi untuk budidaya tiram mutiara harus
jauh dari daerah perindustrian.
3.
Keamanan
Pencurian
dan sabotase merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam budidaya ikan, baik
itu di darat maupun di laut, tidak terkecuali budidaya tiram mutiara. Apalagi
budidaya di laut yang menyangkut kepentingan bersama bagi pemakai laut, yakni
untuk keperluan pelayaran, penangkapan ikan, dan sebagainya sehingga rawan
terhadap pencurian dan pencemaran. Oleh karena itu pemilihan lokasi juga harus
memperhatikan kepentingan – kepentingan tersebut, terutama menghindari wilay
yang menjadi pusat kegiatan manusia. Biasanya yang terlalu dekat dengan alur
pelayaran akan terpengfaruh oleh minyak ataupun bahan pencemar lain dari kapal
atau perahu yang berlayar.
4.
Sarana Penunjang
Untuk
memperlanjar jalanya kegiatan pembudidayaanmaupun pemasarn kelak, maka saran
penunjang seperti listrik dan sarana komunikasi sangat penting untuk
diperhatikan. Disamping itu kemudahan tempat tinggal yang lebih dekat dengan
lokasi usaha juga perlu diperhatikan agar memudahkan pengelolahan dan
penjagaan.
5.
Faktor Lingkungan
Kondisi
dan kualitas air di lokasi budidaya sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan, ukuran dan kualitas mutiara. Kondisi dan kualitas air yang perlu
diperhatikan adalh sebagi berikut :
a. Dasar
Perairan
Dasar perairan secara fisik maupun kimia
berpengaruh besar terhadap sususnan dan
kelimpahan organisme di dalam air termasuk bagi kehidupan tiram mutiara.
Adanya perubahan tanah dasar (sedimen)
akibat banjir yang menyebabkan dasar perairan tertutup lumpur sering menimbulkan kematian pada tiram yang
masih muda. Oleh karena itu dasar perairan yang berpasir atau berlumpur tidak
layak untuk lokasi budidaya tiram mutiara. Dasar perairan yang cocok yaitu
dasar perairan yang berkarang atau mengadung pecahan – pecahan karang. Bisa
juga dipilih dasar perairan yang terbentuk akibat gugusan karang yang sudah
mati atau gungungan – gunungan karang.
b.
Kedalaman
Kedalam yang cocok
untuk budidaya tiram mutiara ialah berkisar antara 15 m sampai dengan 20 m.
pada kedalaman ini pertumbuhan tiram mutiara akan lebih baik.
c.
Arus Air
lokasi yang cocok untuk budidaya tiram mutiara
adalah yang terlindung dari arau yang kuat. Disamping itu pasang surut yang
terjadi mampu menggantikan massa air secara total dan teratur, sehingga
ketersediaan oksigen terlarut maupun plankton segar dapat terjamin.
d.
Salinitas
Sebenarnya tiram mampu
bertahan hidup pada kisaran salinitas yang luas, yaitu antara 200/
00 - 500/ 00. Tetapi salinitas terbaik untyuk pertumbuhan
tiram mutiara adalah 320/
00 - 350/ 00.
e.
Suhu
Untuk negara kita sendiri yang beriklim
tropis, pertumbuhan yang terbaik dicapaim apad suhu antara 280C
- 300C pada iklim ini
ternnyata sangat menguntungkan untuk budidaya tiram mutiara, sebab pertumbuhan
lapisan mutiara dapat terjadi sepanjang tahun. Sedangkan negara yang memiliki
empat musimm biasanyapertumbuhan tiram mutiara tidak terjadi sepanjang tahun,
karena pada suhu air di bawah 130C (musim dingin)
pelapisan mutiara atau penimbunanan zat kapur akan terhenti.
f.
Kecerahan
untuk keperluan
budidaya tiram mutiara selayaknya dipilih lokasi yang mempunyai kecerahan
antara 4,5 m – 6,5 m, sehingga kedalaman pemeliharan bisa diusahakan anatar 6 m
– 7m. Sebab biasanya tiram yang dibudidayakan diletakakn di bawah kedalaman
atau pecahan rata – rata.
g.
Kesuburan Perairan
Tiram sebagai
binatang yang tergolong filter feeder hanya mengandalkan makanan dengan
menyerap plankton daroi perairan sekitar, sehingga keberadaan pakan alami akan
memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan keberadaan pakan alami itu
sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan suatu perairan.
[PERIKANAN]: Budidaya Tiram Mutiara (bagian 1)
Sebelum
pola pemikiran manusia maju dan teknologi belum berkembang., boleh dikatakan
hanya orang – orang tertentu saja yang dapat menemukan mutiara. Sebab tidak
sembarang tempat mutiara dapat ditemukan, benar – benar sangat tyersembunyi yaitu
dalam tubuh hewan/binatang yang hanya biasa hidup di dalam air. Dan itu pun
tidak sembarang hewan mempunyainya, tetapi biasan hidup di air laut dan
golongan kerang – kerangan atau kijing yang biasa hidup air tawar.
Mutiara
yang sekarang beredar di di pasaran, sebenarnya ada dua jenis, yaitu yang asli
dan dan imitasi atau tiruan. Tentu saja harganya pun sangat jauh berbeda.
Mutiara yang asli pun dapat dibedakan menjadi dua yaitu mutiara alam yang
dibentuk secara alami dalam tubuh tiram dan mutiara budidaya yang sengaja
diusahakan oleh manusia melalui proses budidaya. Sedangkan mutiara imitasi atau
tiruan adalah mutiara yang dibuat langsung dari bahan gelas atau plastik yang
diberi lapisan dari sisik ikan layur yang berwarna putih mengkilat.
Permasalahnya
sekarang adalah adanya kendala dalam pengembangan budidaya
tiram mutiara di indonesia yakni langkanya tenaga ahli kita yang
berkecimpung dalam bidang mutiara ini.
Hal ini terbukti dari banyak perusahaan mutiara yang sebagian besar adalah
patungan dengan perusahaan jepang. Padahal budidaya tiram mutiara ini mempunyai
prospek yang sangat cerah dan dapat
ddiandalkan sebagai sumber devisa negara di masa yang akan datang sekaligus
dapat menunjang program pemerintah dalam pemetaan kesempatan kerja dan
penciptaan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja di indonesia.
Oleh
kerena itu, kiranya tepat dan sangat bijaksana apabila budidaya tiram mutiara
ini tersu dipacu dan digalakan pengembangannya. Di negara – negara yang telah
maju dalam pembuatan mutiara budidaya seperti jepang, industri mutiara tidak
saja dilakukan oleh perusaha – perusahanan besar, tetapi sudah mengarah kepada
industri skala rumah tangga yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga.
1.
Klasifikasi
Tiram
mutiara memeliki cangkang yang tidak simestris fdan sangat keras, tetapi
seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang dan sangat lunak. Tiram
mutiara (Pinctada maxima) secara taksonomi dimasukkan ke dalam king dom
invertebrata, yang berarti hewan tidak bertulang belakang dan phyllum Mulusca
yang berarti bertubuh lunak.
Secara
rinci, jenis tiram mutiara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom :
Invertebrata
Phylllum :
Mulusca
Kalss : Pellecypoda atau lamellibranchiata
Ordo
: Anysomyaria
Famili :
Pteridae
Genus :
Pinctada
Spesies :
Pinctada sp dan Pteria sp
2.
Morfologi dan Anatomi
Bentuk
luar tiram mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda – tanda
kehidupan. Tetapi di balik kekokokhan tersebut terdapat organ yang dapat mengatur segala kativitas kehidupan
dari tiram mutiara itu sendiri. Dalam kelunakan tubuh tiram tersebut terdapat
cangkang yang keras untuk melindungi bagian tubuh agar terhindar dari benturan
maupun serangan hewan lain. Di samping itu, dalam cangkang yang jumlahnya satu
pasang dan mempunyai bentuk yang berlainan itu terdapat mother of pearl atau
lapisan induk mutiara serta nacre yang dapt membentuk lapisan mutiara.
Jika
dilihat zat penyusunnya maka lapisan pada cangkang tiram di bagi 3 lapisab
yaitu:
1.
Lapisan periostrakum
Adalah
lapisan kulit luar yang kasar yang tersusun dari zat organik yang menyerupai
tanduk.
2.
Lapisan prismatik
Adalah
lapisan kedua yang tersusun dari kristal – kristal kecil yang berbentuk prisma
dari hexagonal calcite.
3.
Lapisan mutiara atau nacre
Adalah
lapisan kulitsebelah dalam yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCo3).
Namun secara umum,
organ tiram mutiara dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, matel dan
organ dalam.
a.
Kaki
Digunakan
untuk bergerak terutama waktu masih muda. S4elain itu, kaki tiram juga
berfungsi untuk membersihkan kotoran yang mungkin menempel pada insang maupun
mantelnya.
b.
Mantel
Matel
merupakan jaringan yang dilindungi oleh sel – sel epihelial dan dapat
membungkus organ bagian dalamj. Letaknya berada di antara cangkang bagian dalam
atau epithel luar dengan organ dalam atau mass viseralis.
c.
Organ Dalam
Bagian ini
letaknya agak tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat aktivitas
kehidupanya yang terdiri dari : insang, mulut, jantung, susunan saraf, alat
perkembangbiakkan, otot, lambung , usus dan anus.
3.
Kebiasaan Hidup
Tiram
mutiara jenis Pinctada sp yang abanyak dijumpai di berbagai
n4egara seperti filipina, thailand, birma, Australia dan Perairan Indonesia.
Sebenranya tiram jenis ini lebih menyukai hidup di daerah batuan karang atau
dasar perairan yang berpasir. Di samping itu banyak di jumpai pada ke dalaman
antara 20 m – 60 m.
Berbeda
dengan jenis ikan yang lain, cara makan tiram mutiara ini di lakukan dengan
menyaring air laut. Sedangkan cara mengambil makannanya dilakukan dengan
menggetarkan insang yang menyebabkan air masuk ke dalam rongga mantel. Kemudian
dengan menggerakkan bulu insang, masa plankton yang masuk akan berkumpul di
sekeliling insang. Selanjutnya melaui gerakan labial palp plankton akan masuk
ke dalam mulut.
Pertumbuhan
tiram mutiara biasanya sangat tergantung pada temperatur air, salinitas,
makanan yang cukup dan persentase kimia dalam air laut. Pada musim panas,
dimana suhu naik, tiram mutiara dapat tumbuh secara maksimal. Namun jika suhu
dan salinitsa sepanjang tahun stabil dengan kondisi lingkungan yang ideal, maka
pertumbuhan pun akan stabil pula, dengan pertambahan maksimum bisa mencapai 1
cm per bulan.
Perbedaan
salinitas pada permukaan dan di bawahnya akibat hujan lebat dapat menyebabkan
kerusakan populasi tiram mutiara secara alami (bersambung).