[OCEAN]: POTENSI SUMBERDAYA KELAUTAN KABUPATEN TANGGAMUS

Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang terletak di bagian ujung selatan barat pulau sumatera yang secara geografis sebagian wilayahnya dikelilingi oleh wilayah laut. Di sebelah barat membentang wilayah perairan Samudera Hindia dan di sebelah selatan adalah Teluk Semangka yang berada di kawasan Selat Sunda. Karenanya hampir seluruh luasan area Teluk Semangka secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tanggamus.

Sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Tanggamus memiliki potensi yang sangat besar dan sangat prospektif untuk dikembangkan, dan berdasarkan analisis sumberdaya ikan tingkat Potensi Ikan Lestari (MSY = Maximum Sustainable Yield) di perairan laut bagian barat Propinsi Lampung mencapai 16.600 ton/tahun.

Banyaknya berbagai jenis ikan ekonomis penting seperti Ikan Tuna (Thunnus albacares), Setuhuk (Sword Fish), Ikan Simba/Kuwe (Carangidae), Tenggiri, Kakap Merah, serta berbagai jenis Udang Penaid dan Lobster, terdapat di sekitar wilayah perairan Teluk Semangka ini. Pengelolaan sumberdaya hayati perikanan dan kelautan di Kabupaten Tanggamus ke depan akan sangat memegang peranan penting.

Rusaknya berbagai potensi sumberdaya alam di daratan menyadarkan kepada kita bahwa ternyata sumberdaya alam di daratan memiliki keterbatasan, artinya bahwa sumberdaya alam di darat bersifat tidak dapat diperbaharui atau dikenal dengan istilah Unrenewable resources. Sedangkan sumberdaya hayati perikanan Iebih bersifat Renewable resources atau disebut dengan sumberdaya alam yang dapat memperbaharui baik potensi, stock assesment secara kualitas maupun kuantitas.

Agar pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dapat dijadikan sebagai andalan guns memenuhi hajat hidup masyarakat perikanan-terutama mereka yang berdomisili di wilayah kawasan pesisir pantai- secara optimal, berimbang dan lestari, maka dalam perencanaan pengembangan perikanan dan kelautan, khususnya kawasan pesisir pantai harus diperhatikan aspek daya dukung perairan yang ada serta ketepatan dalam melakukan usaha dan memilih jenis komoditas unggulan yang akan dikembangkan. Komoditas perikanan yang dikembangkan harus benilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek dan pangsa pasar yang baik.

Pola pengembangan penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Tanggamus dewasa ini dilakukan masih menggunakan pola penangkapan ikan secara tradisional dengan metoda usaha secara turun temurun, hal ini dikarenakan selain belum dimanfaatkannya aspek-aspek teknologi sarana dan prasarana perikanan, juga belum dibangunnya sistem informasi tentang cuaca dan iklim yang dapat diperoleh nelayan, serta pembinaan/penyuluhan yang kurang bagi nelayan, sehingga produksi hasil tangkapannya tidak terlalu melimpah dan kurang memiliki nilai ekonomis penting. Dengan kata lain, para nelayan di Kabupaten Tanggamus masih mengandalkan cara penangkapan ikan dan cara penanganan pasca panen ikan masih tradisional.

Salah satu penyebab utama kegagalan pengembangan usaha kelautan dan perikanan (marikultur) adalah moda pendekatannya yang sektoral, dan tidak terpadu, serta lebih berorientasi kepada sektor produksi semata. Sebagai contoh, misalnya ada suatu kebijakan atau program pengembangan potensi kelautan dan perikanan yang seringkah hanya memperhitungkan bagaimana meningkatkan produksi tanpa mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan (carrying capacity).

Selain itu, kesesuaian komoditas yang akan dikembangkan serta jenis teknologi apa yang akan digunakan hendaknya lebih rnenitik beratkan kepada kemampuan pengelolaan sumberdaya manusia yang ada serta teknologi terapan yang dapat diterima sehingga pada gilirannya nanti terhadap aspek peningkatan nilai tambah produk (added value) akan semakin baik, kesiapan penerapan teknologi perikanan tepat guna, maupun aspek sosial ekonomis masyarakat pesisir juga sering terabaikan dalam menentukan suatu operasional kebijakan pembangunan perikanan yang berkelanjutan serta bertanggung jawab. 'Berkelanjutan dalam pengertian ada keseimbangan antara eksploitasi sumber dengan stock populasi yang akan digarap. Sedangkan bertanggungjawab lebih menekankan kepada aspek moral dan norma-norma agamis, sehingga dalam perkembangannya usaha perikanan dapat tergarap secara arif dan bijaksana. Suatu Contoh/catatan penting bagi kita, adalah bagaimana kondisi hutan kita setelah dieksploitasi besar-besaran selama hampir setengah abad tanpa mengindahkan kaidah­kaidah sustainable, sehingga akibatnya sekarang ini berdampak luas kepada generasi sekarang ini, antara lain banjir dimana-mana, iklim dan cuaca sering berubah drastis, lapisan ozone mulai rusak.

Belajar dari pengalaman sejarah "hutan", hendaknya program pengembangan dan usaha kelautan/perikanan hauslah lebih bersifat arif dan holistik. Karena itu dalam rangka pengembangan potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Tanggamus haruslah dilaksanakan berbagai pola dan metoda-metoda yang dilaksanakan melalui pendekatan terpadu ( ICM = Integrated Coastal Management ), terarah dan bersifat holistic. Dengan kata lain, semua subsistem pendukung mulai dari sarana dan prasarana perikanan, kesiapan life skill SDM, kondisi sosial masyarakat setempat, serta pemilihan sistem teknologi perikanan yang akan dikembangkan dan akan diterapkan harus sesuai dengan daya dukung perairan yang ada.

Jenis komoditas perikanan unggulan yang akan dipilih, selain harus sesuai dengan semua aspek tersebut di atas, juga harus memenuhi kriteria dan ukuran kelayakan usaha, Layak secara ekonomis, layak secara finansial, layak teknis dan layak secara sosek dan lingkungan, serta layak pasar.

Sumberdaya hayati wilayah pesisir merupakan satu kesatuan ekologis yang saling berhubungan erat. Jenis-jenis ekosistem pesisir yang penting adalah magrove, padang lamun, dan terumbu karang. Beberapa biota perairan, seperti jenis ikan crustacea, moluska, echinddermata, dan yang Iainnya, merupakan sumberdaya hayati yang tidak terpisahkan dengan ketiga jenis ekosistem tersebut. Keseluruhan biota perairan setidak­tidaknya pernah menjalani masa hidupnya di kawasan mangrove, padang lamun, ataupun terumbu karang. Oleh karena itu, peranan dari ketiga ekosistem tersebut sangat penting dalam menjaga kelestarian sumberdaya perikanan dan biota laut Iainnya.

Berdasarkan analisis citra satelit Landsat ETM 7 Path 123-124 diketahui bahwa sebaran ketiga jenis ekosistem tersebut di sekitar wilayah pesisir Kabupaten Tanggamus mengikuti kondisi seperti di wilayah pesisir Iainnya di Indonesia. Mangrove banyak terdapat di sekitar muara sungai, padang lamun terdapat di sekitar kawasan perairan yang tenang yang memungkinkan terjadinya sedimentasi, sedangkan terumbu karang berada pada perairan yang jauh dan muara sungai.

Mangrove                                                
Hutan bakau (mangrove) merupakan salah satu ekosistem pesisir yang khas di daerah tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Seperti halnya di wilayah pesisir Iainnya di Indonesia, penyebaran mangrove di Kabupaten Tanggamus mengikuti pola penyebaran yang sama.

Mangrove umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir; menerima pasokan air tawar yang cukup dari daratan; terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; serta salinitas di sekitarnya adalah payau (2-22 permil) hingga asin (mencapai 38 permit).

Penyebaran mangrove di pesisir Kabupaten Tanggamus terdapat pada daerah-daerah di sekitar muara sungai, seperti muara Sungai Way Semaka di Desa Tanjungan/Sawmil (Kecamatan Pematang Sawa), serta di beberapa desa pesisir di Kecamatan Cukuh Balak dan Kelumbayan (Gambar-4.1), yaitu di sekitar Teluk Tengor, Teluk Umbar, Teluk Paku, Teluk Pegadungan, Teluk Kelumbayan, dan Teluk Kiluan. Mangrove yang tumbuh di daerah tersebut didominasi oleh api-api (Avicennia alba) dan nipah (Nypa fruticans). Api­api umumnya hidup pada zona yang dekat dengan pantai, dimana air laut lebih dominan; sedangkan nipah umumnya hidup pada muara-muara sungai besar yang salinitasnya lebih dominan ke tawar. Nipah merupakan satu-satunya jenis palmae yang ditemukan di hutan mangrove. Nipah yang banyak tumbuh di sekitar muara Sungai Way Semaka hingga saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan nipah baru sebatas menggunakan daun nipah untuk bahan atap rumah.

Keberadaan mangrove yang terdapat di zona pantai memiliki peran yang strategis berdasarkan fungsi dan manfaatnya. Secara fisik, mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan angin badai, melindungi pantai dari abrasi dan intrusi air laut, penahan lumpur dan perangkap sedimen. Fungsi ekologis adalah sebagai tempat pemijahan, mencari makan, dan pembesaran beberapa jenis ikan, udang, kepiting, dan biota laut lainnya.

Keberadaan mangrove di pesisir Kabupaten. Tanggamus juga mengalami degradasi, antara lain karena konversi areal mangrove menjadi lahan tambak, seperti yang terjadi di Desa Tanjungan/Sawmil (Kecamatan Pematang Sawa), milik PT Ika Muda Fishtama yang saat ini terbengkalai. Diduga sebelumnya lahan tambak tersebut merupakan areal mangrove yang cukup luas, namun saat ini hanya tinggal beberapa pohon mangrove yang masih tersisa. Aktivitas penduduk lainnya yang merusak ekosistem mangrove, antara lain kegiatan penebangan mangrove untuk diambil kayunya, baik sebagai kayu bakar, pagar, ataupun untuk bahan bangunan (rumah).

Padang Lamun
Padang lamun merupakan jenis tumbuhan berbunga (Bryophyta) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terendam di dalam air laut. Tumbuhan ini hidup di perairan dangkal agak berpasir, dan sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh sinar matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rizhoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut.

Secara ekologis, padang lamun memiliki fungsi sebagai tempat mencari makan, daerah pemijahan, dan daerah pembesaran jenis-jenis ikan, udang, siput, dan biota taut Iainnya. Padang lamun segar merupakan makanan bagi duyung (dugong), penyu taut, butu babi, dan beberapa jenis ikan. Padang lamun merupakan daerah penggembataan (grazing ground) yang penting artinya bagi hewan-hewan taut tersebut. Padang lamun juga merupakan habitat bagi bermacam-macam ikan (umumnya berukuran kecil) dan udang. Ikan laut dan udang tidak makan daun segar, melainkan serasah (detritus) dari lamun. Detritus ini dapat tersebar luas oteh arus ke perairan di sekitar padang lamun.

Daun lamun berperan sebagai tudung pelindung yang menutupi penghuninya dari sengatan sinar matahari. Pada permukaan daun lamun hidup melimpah ganggang­ganggang renik, hewan renik dan mikroba, yang merupakan makanan bagi bermacam jenis ikan yang hidup di padang lamun. Banyak jenis ikan dan udang yang hidup di perairan sekitar padang lamun menghasilkan larva yang bermigrasi ke padang lamun untuk tumbuh besar. Bagi larva-larva ini padang lamun memang menjanjikan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhannya.

Secara fisik, padang lamun dapat berfungsi menstabilkan dasar yang lunak dan mencegah intrusi air laut. Dengan sistem perakarannya yang padat dan sating menyilang, maka lamun dapat menstabilkan dasar laut dan mengakibatkan kokoh tertanamnya lamun dalam dasar laut. Selanjutnya padang lamun juga berfungsi sebagai perangkap sedimen yang kemudian diendapkan dan distabilkan.

Sebaran padang lamun tidak banyak terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Tanggamus. Padang lamun hanya terdapat di Teluk Pegadungan, Desa Penyabungan (Kecamatan Kelumbayan) dengan luas sekitar 0.8 km2 (Gambar-4.5). Jenis tumbuhan lamun yang dominan adalah Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii; sedangkan jenis lainnya adalah Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia dan Halophila ovalis.

Pemanfaatan lamun tidak banyak dilakukan oleh masyarakat setempat. Umumnya masyarakat hanya memanfaatkan areal padang lamun hanya untuk mencari ikan ataupun biota laut lainnya. Jenis-jenis ikan konsumsi yang banyak tertangkap di sekitar padang lamun adalah baronang (Siganus spp), belanak (Mugil sp), ikan Iidah (Cynoglosus sp) dan lainnya.

Padang lamun menyimpan potensi untuk dikembangkan, antara lain sebagai bahan pangan ataupun pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi. Namun hingga saat ini belum ada anggota masyarakat yang memanfaatkannya sebagai pakan ternak. Biji yang dihasilkan oleh Enhalus acoroides dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Selain itu, tumbuhan lamun juga dapat dimanfaatkan untuk pupuk pertanian (pupuk hijau).

Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu. Perkembangan terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik lingkungan yang dapat menjadi pembatas bagi karang untuk membentuk terumbu. Beberapa faktor lingkungan tersebut anatara lain: suhu air > 18°C, tetapi optimal pada suhu 23-25°C; kedalaman perairan optimal pada 25 m atau kurang; salinitas perairan antara 30-36 permil; serta perairan yang cerah, bergelombang dan bebas dari sedimen.

Sebaran terumbu karang di wilayah pesisir Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada Gambar-4.6. Umumnya terumbu karang hidup pada pesisir Kota Agung hingga Kecamatan Cukuh Balak, dan beberapa di antaranya tersebar di sekitar teluk-teluk kecil yang terdapat di wilayah Kecamatan Kelumbayan. Di sekitar Pulau Tabuan tidak terlihat sebaran terumbu karang. Hal ini sesuai dengan survei yang telah dilakukan oleh CRMP (1999), yang menyatakan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Tabuan secara umum buruk. Untuk jenis karang hidup, yaitu hard coral (HC) dan soft coral (SC) yang merupakan tempat hidup, perlindungan, dan asuhan ikan karang, telah mengalami kerusakan yang ditandai dengan kisaran penutupan yang rendah, masing-masing antara 0-10% dan 11-30% yang ditemukan pada 9 titik pengamatan. Kerusakkan fisik tersebut diduga karena banyaknya terumbu karang yang digunakan untuk bahan bangunan, kerusakan akibat jangkar kapal, dan penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan racun.

Kondisi terumbu karang yang hidup di sekitar Teluk Kiluan masih tergolong baik dengan penutupan terumbu karang hidup mencapai 80-90%. Dengan kondisi terumbu karang yang demikian, maka diduga kelimpahan jenis biota laut dan ikan cukup melimpah. Kondisi pantai barat Teluk Semangka juga tidak jauh berbeda. Sebaran terumbu karang hanya terdapat di sekitar perairan yang jauh dari sungai besar, seperti di Desa Karangberak, Tirom, Kaurgading, Muara Tando, dan Tampang.

Beberapa bentuk hidup (life form) terumbu karang yang dijumpai di sekitar perairan pesisir Tanggamus tidak berbeda jauh dengan yang terdapat di sekitar Teluk Lampung dan perairan Indonesia lainnya (Gambar-4.7). Bentuk hidup terumbu karang yang penting antara lain branching, encrusting, tabulate, digitate, massive, submassive, foliose, mushroom, dan laminar.

Manfaat yang terkandung dalam terumbu karang sangat besar dan beragam. Jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu manfaat Iangsung dan tidak Iangsung. Manfaat Iangsung terumbu karang adalah habitat bagi sumberdaya ikan, batu karang, pariwisata, wahana penelitian dan pemanfaatan biota perairan Iainnya. Terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, serta tempat pemijahan bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya.

Manfaat tidak langsung terumbu karang terkait peranannya sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain-lain. Terumbu karang, khususnya terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut.

Terumbu karang dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari wisata selam ataupun kegiatan wisata bahari lainnya. Bahkan devvasa ini berbagai jenis biota yang hidup di ekosistem terumbu karang atau moluska yang hidup di ekosistem ini ternyata banyak mengandung berbagai senyawa bioaktif yang mempunyai potensi besar sebagai bahan obat-obatan, makanan, dan kosmetika. Selain itu, terumbu karang yang merupakan salah satu keanekaragaman yang unik menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi perhatian besar bagi para ahli, mahasiswa, perusahaan farmasi, dan pihak lainnya, untuk dijadikan obyek penelitian.

Ekosistem terumbu karang banyak menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan, karang, moluska, crustacea dan biota Iainnya, bagi kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di wilayah pesisir. Bersama dengan ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Menurut Munro dan Williams (1985), dari perairan yang terdapat ekosistem terumbu karangnya pada kedalaman kurang dari 30 m, maka setiap 1 km2-nya terkandung ikan sebanyak 15 ton.

Sumberdaya Perikanan
Karena letaknya yang berhadapan Iangsung dengan Samudera Hindia dan dekat dengan Selat Sunda, wilayah perairan laut Kabupaten Tanggamus umumnya memiliki gelombang yang besar. Perairan laut ini merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan laut komersial, terutama ikan-ikan pelagis besar dan ikan-ikan yang beruaya dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik atau sebaliknya. Ikan-ikan pelagis besar ini merupakan sasaran penangkapan utama bukan hanya bagi para nelayan di Kabupaten Tanggamus, tetapi juga bagi nelayan dari perairan Teluk Lampung, bahkan dari propinsi lain yang melakukan penangkapan ikan di perairan Kabupaten Tanggamus.

Jenis ikan pelagis besar yang tertangkap oleh para nelayan di Kabupaten Tanggamus umumnya merupakan ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, dan merupakan ikan-ikan komoditas ekspor, seperti ikan setuhuk hitam/black marlin (Macaira indica), ikan pedang (Xiphias gladius), setuhuk loreng (Tetrapturus audax), tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna sirip kuning/yelowfin tuna (Thunnus albacares), tuna albakora (Thunnus alalunga), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus affinis) dan tengiri (Scromberomorus spp).

Selain jenis-jenis ikan pelagis besar di perairan Taut Kabupaten Tanggamus juga tardapat berbagai jenis ikan pelagis kecil yang juga merupakan ikan ekonomis penting seperti ikan kembung (Restralliger spp), selar (Alepes kalla), bawal (Stromateus sp), kakap putih/baramundi (Lates calcarifer), kakap merah (Lutjanus sp), Iayur (Trichiurus savala), barakuda (Sphyraena sp) dan berbagai jenis ikan lain.

Pada saat survei hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Kota Agung pada Oktober 2005 diperoleh gambaran beberapa jenis ikan laut ekonomis penting, seperti lemadang (Coryphaena hippurus), tongkol kecil (Auxis thazard), tongkol besar (Euthynnus affinis), layaran/marlin (Istiophorus platypterus), kakap merah (Lutjanus malabaricus), kakap putih (Lethrinus spp), layur (Trichiurus savala), pari manta (Manta birostris), layang (Decapterus macrosoma), kuwe/simba (Caranx sexfasciatus), tuna (Thunnus spp), cakalang (Katsuwonus pelamis), kerapu (Epinephelus spp), tenggiri (Scomberomorus commerson), todak (Tylosurus gavialoides), dan semar (Mene maculata). 

Di samping sumberdaya perikanan tangkap (konsumsi), wilayah pesisir Tanggamus juga memiliki kekayaan berupa ikan hias laut (ornamental fish). Dengan luasan terumbu karang yang tersebar di sepanjang pesisir pantai barat dan timur, maka diperkirakan terdapat sejumlah besar ikan hias yang memang hidupnya di sekitar terumbu karang. Berbagai jenis ikan hias ini umumnya terdiri dari berbagai famili seperti famili Scorpaenidae (misalnya ikan lepu), Ephipidae (ikan platax), Chaetodontidae (kepe-kepe), Pomacantidae (Angel fishes), Pomacentridae (Dakocan), Achanturidae (Surgeon fishes/botana), Balistidae (Triger) serta berbagai jenis ikan dari famili lainnya yang memiliki potensi dikembangkan sebagai ikan hias air laut.

Beberapa jenis-jenis ikan hias air laut ini sangat potensial untuk dikembangkan masyarakat sebagai komoditas baru di bidang penangkapan ikan, karena memang diantaranya, seperti ikan lepu (Pterois spp), ikan triger (Balistoides spp), kepe-kepe (Chaetodon spp) dan jenis-jenis Iainnya merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Hingga saat ini pemanfaatan ikan hias sebagai komoditas perikanan masih belum optimal dikembangkan di pesisir Tanggamus; belum banyak nelayan yang mengusahakan penangkapan ikan hias untuk dijual atau diekspor.

Produksi perikanan taut Kabupaten Tanggamus pada tahun 2003 disajikan pada Tabel­1 berikut jumlah total ikan laut adalah 17.704,6 ton. Jenis ikan yang dominan tertangkap adalah peperek, kurisi, layang, ' selar, teri, japuh, lemuru, kembung dan tongkol.

Selain sumberdaya perikanan yang termasuk dalam golongan ikan (pisces), perairan laut Kabupaten Tanggamus juga sangat kaya akan potensi sumberdaya perikanan yang termasuk dalam golongan non-ikan (non-pisces), dan umumnya sumberdaya ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat. Sumberdaya hayati laut non­ikan itu antara lain adalah:
1)    Crustacea (hewan bekulit keras), seperti udang barong (lobster), udang putih, udang windu, udang kipas, rajungan, dan kepiting bakau.
2)    Mollusca (hewan bertubuh lunak), seperti siput dan keong, kerang-kerangan (kerang hijau, kerang darah/bulu, simping, kima), gurita, cumi-cumi, sotong, dan notilus.
3)    Hydra, seperti ubur-ubur.
4)   Echinodermata (hewan berkulit duri), misalnya bintang taut, bulu babi dan teripang.
5)   Mamalia (hewan menyusui) misalnya lumba-lumba dan ikan paus.
6)   Reptilia (hewan melata) misalnya penyu dan ular taut.
7)   Berbagai jenis algae, seperti Gracillaria sp, Euchema sp, Halimeda sp, dan lain-lain.

Udang lobster (Panulirus sp) merupakan jenis udang yang paling banyak terdapat di perairan taut Kabupaten Tanggamus, karena memiliki hambaran terumbu karang yang sangat luas, yang merupakan habitat udang karang. Berbagai jenis udang lobster yang memang habitat utamanya adalah daerah terumbu karang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pedagang pengumpul lobster di Kota Agung, diketahui bahwa di pesisir Tanggamus terdapat setidaknya enam jenis lobster yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu lobster mutiara, lobster pasir, lobster bambu, lobster hitam, lobster batik dan lobster kipas. Daerah penangkapan (fishing ground) lobster mutiara adalah di sekitar perairan Belimbing, Betung, Karang Berak (Kec. Pematang Sawa), serta perairan Serot dan Limo di Kecamatan Cukuh Balak. Di perairan Pulau Tabuan hanya ditemukan jenis lobster hitam. Jenis-jenis lobster lainnya tertangkap di sekitar perairan Pematang Sawa, Cukuh Balak dan Kelumbayan. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap lobster adalah jodang dan jaring bloon (sejenis tramel net) yang dipasang di sekitar karang yang diduga sarang lobster tersebut. Pengoperasian jodang biasanya dilengkapi dengan umpan sebagai atraktor. Harga jual yang mahal menyebabkan eksploitasi udang lobster semakin intensif dilakukan oleh nelayan, sehingga dikhawatirkan populasinya semakin menurun.

Dari golongan hewan lunak (moluska) terbagi dalam beberapa kelas antara lain dari kelas cephalopoda (hewan berkaki di kepala), keias gastropoda (berkaki perut), dan pelecypoda (cangkang setangkup). Berbagai biota laut dari kelas chepalopoda ini juga sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai bahan makanan dari laut, ornamen (hiasan), maupun sebagai bagian dari konservasi sumberdaya kelautan. Hasil penelusuran di lapangan, ternyata hampir semua jenis mollusca yang ada di perairan Indonesia juga terdapat di perairan pesisir Tanggamus . Semoga. 




Post a Comment