10 KEGAGALAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)


Oleh Yar Johan

"PROGRAM SBI SALAH KONSEP, BURUK DALAM PELAKSANAANYA DAN 90 PERSEN PASTI GAGAL. DI LUAR NEGERI KONSEP INI GAGAL DAN DITINGGALKAN" SATRIA DHARMA/KETUA UMUM IKATAN GURU INDONESIA (IGI)



Biaya masuk SBI dan RSBI tergolong sangat mahal (sumber:http://www.republika.co.id)



Menurut Satria Dharma ada SEPULUH KEGAGALAN mendasar program SBI yang harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan.


Pertama, program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat buruk.

Ke-dua, SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model pelaksanaan untuk SBI baru (news developed), tetapi yang terjadi justru pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).

Ke-tiga, program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam pengantar bahasa Inggris, seorang guru harus memiliki TOEFL> 500.

Ke-empat pada SBI adalah telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan didaktik. Guru tidak mungkin disulap dalam lima hari agar bisa mengajarkan materinya dalam bahasa Inggris. Akibatnya, banyak siswa SBI justru gagal dalam ujian nasional (UN) karena mereka tidak memahami materi bidang studinya.  Hasil riset Hywel Coleman dari University of Leeds UK menunjukkan, bahwa penggunaana bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar telah merusak kompetensi berbahasa Indonesia siswa.

Ke-lima dari SBI adalah penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep. Dengan label SBI, materi pelajaran harus diajarkan dalam bahasa Inggris, sementara di seluruh dunia seperti Jepang, China, Korea justru menggunakan bahasa nasionalnya, tetapi siswanya tetap berkualitas dunia.

Ke-enam, SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam pendidikan.

Ke-tujuh menegaskan, bahwa SBI juga telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi sangat komersial.

Ke-delapan, SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran. Penggunaan piranti media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga menyesatkan seolah karena tanpa itu semua sebuah sekolah tidak berkelas dunia. Program ini lebih mementingkan alat ketimbang proses. Padahal, pendidikan adalah lebih ke masalah proses ketimbang alat.

Ke-sembilan, SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan. Kesalahan konseptual SBI terutama pada penekanannya terhadap segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala hal yang nonakademik. Seolah tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan siswa sebagai seorang yang cerdas akademik belaka, padahal pendidikan bertujuan mendidik manusia seutuhnya, termasuk mengembangkan potensi siswa di bidang seni, budaya, dan olahraga,

Ke-sepuluh, SBI adalah sebuah pembohongan publik. SBI telah memberikan persepsi yang keliru kepada orang tua, siswa, dan masyarakat karena SBI dianggap sebagai sekolah yang akan menjadi sekolah bertaraf Internasional dengan berbagai kelebihannya. Padahal, kemungkinan tersebut tidak akan dapat dicapai dan bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada.
Sumber:kompas.com


Buktinya RSBI bukanlah jaminan:

Senin, 28 Mei 2012
Sekolah di RSBI,
tetapi Tidak Lulus UN
JAKARTA (Suara Karya): Tragis. Rintisan Sekolah bertaraf Internasional (RSBI) bukan jaminan sekolah bermutu. Hasil ujian nasional (UN) 2012 ini membuktikan ada siswa sekolah RSBI nilainya dibawah standar, sehingga tidak lulus UN.
Di SMAN 78 Jakarta, 9 siswanya tidak lulus UN. Mereka hanya meraih nilai 4 (empat) atau dibawah standar minimum 5,5. Namun akhirnya mereka dinyatakan lulus, setelah nilai akhir ditambah dengan nilai sekolah.
"Karena sudah ditambah dengan nilai sekolah, nilainya dapat diselamatkan. Akhirnya kesembilan siswa kami dapat lulus. Kelulusan 100 persen," kata Kepala Sekolah SMAN 78 RSBI, Endang Hidayat, di Jakarta, Sabtu (26/5).
Selain di SMAN 78 Jakarta, ada sekolah RSBI lain yang mengalami hal serupa. Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Agus Suradika, mengakui hal itu. Menurut dia, ada sejumlah siswa dari SMA RSBI, selain SMAN 78 Jakarta, yang nilai UN-nya tidak memenuhi syarat.
Namun, lanjut dia, mereka tetap lulus setelah ditambahkan dengan nilai sekolah. Entah kenapa, Agus mengaku lupa nama sekolah yang membolehkan pungutan biaya itu. "Ya memang ada siswa RSBI yang nilai UN murninya tidak memenuhi syarat, tapi kelulusan itu kan dipengaruhi nilai sekolah juga. Jadi mereka tetap lulus," kata Agus.
Prestasi siswa RSBI itu sangat ironis. Fasilitas dan layanan pendidikan berstandar internasional ternyata cuma bualan. Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Listyarti menilai, kemewahan layanan serta fasilitas pendidikan yang harus ditebus dengan harga mahal di RSBI tidak berdampak signifikan bagi meningkatnya kualitas siswa.


Kalau menurut salah satu teman penulis bukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) namun Rintisan Sekolah Bertarif Internasional  RSBI).

Silakan kembali ke Orang tua siswa ingin menyekolahkan anaknya dimana. Tentunya Pemerintah harus melindungi dan mencerdaskan kehidupan generasi bangsanya agar tidak salah dididikan dan salah konsep. Justru terjadi pembodohan terhadap rakyatnya. Agar bangsa ini kembali menjadi bangsa yang unggul.

Semoga pendidikan yang ada di negari ini tidak dipandang hanya menghasilkan generasi yang baru. Seperti kata bijak dari Kartono (2000) mengatakan bahwa "Generasi yang besar kepalanya, kerdil hatinya dan tertangkup tangan kepeduliannya".



8 comments

Yah, itu benar sekali. Sekolah yang bagus tak berkuasa dan tidak menjamin keluarannya bagus pula. semua kembali kepada siswa itu sendiri. apakah memang benar-benar berniat melanjutkan dan belajar di bangsku sekolah, serta usaha dan kegigihannya. :D

Reply

sebetulnya masalahnya ada pada guru di RSBI. tidak ada yang salah sama sekali dengan RSBI atau SBI. semestinya pemerintah tidak memfokuskan MEMBERI PELATIHAN BAHASA ASING KEPADA GURU RSBI, NAMUN MEMBERIKAN PELATIHAN BAGAIMANA MENINGKATKAN WAWASAN KEILMIAHAN SECARA INTERNASIONAL. Siswa tidak memahami materi karena menggunakan bahasa asing? Anda SALAH BESAR, saya punya siswa saya ajari Science dengan bahasa Inggris. ada yang ulangannya dapat 95 dan ada juga yang dapat 15. So, sudahkah Anda mengajar siswa dengan bahasa asing? Jangan komentar mengenai kegagalan RSBI sebelum Anda menguji seberapa jauh Anda memahami konsep pembelajaran bilingual.

Kemudian, tolong jangan menunjukkan kekurangan Anda dengan mengambil contoh keberhasilan Jepang China Korea. Anda mesti belajar sejarah kalau menganggap mereka sukses TANPA MENGENAL BAHASA ASING. Anda tahu, kaisar terakhir Jepang? (saya yakin Anda tidak kenal, karena Anda hanya melihat Jepang dari satu sisi: bahasa Jepang mensukseskan Jepang). Meiji bercita-cita memodernisasi Jepang, khususnya dalam segi militer dan teknologi. Apa yang ia lakukan? Meiji memerintahkan para cerdik pandainya MENERJEMAHKAN BUKU-BUKU MILITER DAN TEKNOLOGI, KHUSUSNYA DARI JERMAN, ITALIA, PERANCIS KE DALAM BAHASA JEPANG sehingga mereka segera mencetak teknokrat handal guna memercepat modernisasi Jepang. Anda tahu apa akibat dari pelaksanaan rencana Meiji? (jangan-jangan Anda juga tidak tahu) Jepang terseret ke arena perang dunia 2 bersekutu dengan NAZI dan Fasis. Bom atom buah karya Einstein -- yang pindah kewarganegaraan ke Amerika Serikat karena takut disalahgunakan Hitler (ini juga mungkin Anda tidak tahu) -- akhirnya memadamkan perlawanan Jepang terhadap Amerika Serikat.

Mari kita ambil contoh lagi India. Kita semua tahu India sudah jauh lebih maju ketimbang Indonesia. Dan sekali lagi Anda akan berpikir bahwa India sukses karena menjaga bahasa aslinya. Anda tahu, bahwa seperempat insinyur Google -- yang bloggernya Anda manfaatkan -- adalah orang India. Sudah banyak cerita resmi dan tak resmi menunjukkan orang India banyak merantau ke Amerika Serikat. Banyak yang sekolah teknik hingga sukses menjadi insinyur dan direkrut perusahaan software terkemuka mulai dari Microsoft, Google, Apple, hingga Oracle. Apa yang mereka lakukan ketika pulang kampung? Mereka mendirikan perusahaan software sendiri. Hasilnya? Little Krishna 3D yang digemari anak Anda itu. Kartun animasi itu dibuat dengan software asli buatan insinyur India, bukan membajak seperti hobinya orang Indonesia.

Jadi, bagaimana cerdik pandai Meiji mengalihbahasakan buku-buku teknik Jerman Italia Perancis? Bagaimana orang-orang India menjadi insinyur Google, Microsoft, dll? Apakah karena mereka menggunakan bahasa aslinya kemana-mana? Atau karena mereka membawa jati diri bangsanya kemana-mana?

Reply

Bener-bener satu kebijaksanaan sepihak yang perlu di cermati lagi..akankah satuan-satuan perangkat pendidikan juga orang-orang profesional di bidang-nya..???

Reply

Terimakasih sudah mampir. Menjadi diri sendiri itu lebih baik.

Reply

Terimakasih atas kritik dan masuknya, Mr Astomo. Saya sepakat dengan pendapat, Bapak. SDM pendidik saat ini yang betul-betul berkualitas yang dibutuhkan. Terimakasih telah berbagi ilmunya.

Reply

Terimakasih ya, mas yahya sudah mampir. Kebijakan yang hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Semoga

Reply

Semua 10 kegagalan itu benar semua, sekarang PUSDIKLAT LITBANG HIGHSPEED telah menemukan HIGHSPEED LEARNING TEACHING SYSTEM atau Belajar mengajar kecepatan tinggi menggantikan RSBI. Bedanya sistem ini sangat cepat, mudah, murah dan sederhana dengan target 10 X lebih jauh daripada RSBI. Tujuannya menghasilkan Pemimpin, Profesional dan entreprenuer dengan kemampuan komunikasi global bahasa Inggris secara offline dan online memanfaatkan semua Teknologi Informasi. Sistem ini paduan dari sistem informasi, komunikasi dan motivasi untuk menggerakkan organisasi belajar mengajar, dariorganisasi ini muncul pemimpin, profesionald an entreprenuer itu. This is the fastest, the easiest and the cheapest way to build The New Brilliant generation. Want a proof ? contact 081216479265 or email gunsa1949@gmail.com.

Reply

Wow..benarkah? Terimakasih atas tambahan informasinya ya. Salam sudah berkunjung ke laman saya

Reply

Post a Comment